Pages

14 July 2012

Obat penawar derita

Alkisah, ada seorang ibu muda
yang sudah berhari-hari tidak
makan, hingga tubuhnya
semakin kurus saja.
Seorang
tabib tua memeriksa denyut
nadinya, lalu berkata: “Anda memendam begitu banyak
masalah dalam hati Anda,
sehingga badan menjadi lemah. Karena sebenarnya Anda tidak memiliki penyakit
yang parah.” Setelah mendengar diagnosis
sang tabib, ibu muda itu
merasa sangat lega seperti
terlepas dari beban berat.
Kemudian, ibu muda itu pun
menceritakan semua masalahnya pada sang tabib.
Tabib tua pun bertanya,
“Bagaimana perasaan suami
Anda terhadap Anda?” Si ibu muda menjawab
dengan tersenyum, “Sangat
menyayangi saya.” Tabib tua
bertanya lagi, “Apakah punya
anak?” Dengan penuh ceria si
ibu muda menjawab, “Ada, seorang putri, sangat
pengertian….” Selagi tadi bertanya, sang
tabib pun menuliskan sesuatu.
Setelahnya, ia
memperlihatkan tulisannya di
dua kertas pada si ibu muda
itu. Lembar yang satu bertuliskan masalah si ibu
muda, dan lembaran yang lain
berisikan sukacita si ibu muda. Kemudian, sang tabib berkata
pada si ibu muda, “Kedua
kertas ini adalah resep obat
untuk penyakit Anda, Anda
mencatat semua masalah yang
Anda hadapi, dan melupakan sukacita di sekitar Anda.” Sambil berkata begitu, sang
tabib tua menyuruh muridnya
membawakan sebaskom air
dan tinta. Setelah itu, sang
tabib meneteskan tinta hitam
ke dalam air yang jernih. Terlihat warna hijau muda
dari tetesan tinta yang mulai
menyebar ke seluruh
permukaan air. Dan dalam sekejap, tinta itu
tak terlihat lagi. Sang tabib
berkata lagi, “Ketika tinta
hitam masuk ke dalam air,
warnanya akan memudar.
Bukankah kehidupan kita juga begitu?” Sering kali beban
penderitaan yang begitu
berat kita rasakan, lebih
dikarenakan diri kita
sendiri yang terlalu
terpaku pada masalah- masalah yang ada dan
melupakan sukacita
yang ada di sekitar kita.
Cobalah belajar untuk
mencampurkan sedikit
demi sedikit penderitaan pada air kehidupan yang
jernih, luas, dan berisi
sukacita kita. Dengan
begitu, beban hidup kita
akan terasa lebih ringan.

0 komentar:

Post a Comment