Pages

30 July 2012

Kisah sedih seorang kakek

Berikut adalah kisah kakek
tua/orang tua yang
menyedihkan dengan
keadaan nya yang sudah
tua dan tak mampu lagi

untuk menjadi seperti halnya kita yang bisa
mengerjakan sesuatunya
dengan sendiri. Mungkin
cerita ini telah lama
meskipun dengan kata-kata
yang berbeda saya akan coba bagikan kesahabat
motivasi untuk di jadikan
motivasi dan bahan
renungan bagi kita. Suatu hari seorang kakek
tua yang tinggal bersama
anak , menantu, dan
seorang cucu laki-lakinya.
Penglihatan si kakek sudah
tidak begitu jelas lagi. Dan Ia sudah tidak dapat
mendengar dengan baik.
Juga lututnya sudah mulai
bergetar. Terkadang jika ia
duduk di meja makan, ia
tidak dapat lagi memegang sendok dengan erat. Dan
tampa sengaja seringkali Ia
menumpahkan makanan di
atas meja makan, Bahkan
makanan yang keluar dari
mulutnya. Melihat hal itu anak dan menantunya
merasa jijik saat makan
bersamanya. Oleh sebab itu
mereka memutuskan untuk
tidak memperbolehkan
kakek tersebut untuk makan bersama mereka.
Mereka menempatkan sang
kakek ditempat khusus,
makan hanya dengan
mangkok yang kecil. Ia
sering tidak mendapat makan dan minum yang
cukup dan tentu saja ia
tetap lapar dan haus.
Terkadang sesekali ia
mencoba melihat-lihat
makanan yang ada di meja makan mencoba untuk
hilangkan laparnya. Suatu ketika disaat
jemarinya yang sudah tua
tidak dapat lagi memegang
mangkuk. Mangkuk itu
jatuh dan pecah. Menantu
perempuannya mencaci- makinya habis-habisan. Tapi,
kakek tua itu hanya bisa
diam dan pasrah. Ia
membiarkan semuanya
terjadi. Lalu Menantunnya
tidak ingin lagi ada mangkuk yang pecah
dirumahnya maka ia
membelikan sebuah piring
yang terbuat dari kayu
dengan harga yang tidak
terlalu mahal. Kini dengan piring kayu itu kakek tua
itu harus makan. Dengan
begitu Ia lebih tenang
karena sangat mustahil
untuk pecah di buat si
kakek. Suatu hari anaknya yang
masih berumur 5 tahun
sedang belajar menggambar
dan hasilnya seperti sebuah
piring. “Apa yang sedang
kamu buat, Nak ?” tanya ayahnya. “Saya sedang
membuat sebuah piring
kayu ,” jawab anaknya
polos, “dengan piring ini
ayah dan ibu akan makan,
jika nanti saya sudah besar.” Ayah dan ibunya saling
bertatapan teringat
perlakuan mereka yang
selama ini memberikan
makan orang tuanya
dengan piring kayu. Mereka mulai membayangkan hal
tersebut terjadi kepada
mereka. Tampa sengaja sang
ibu menangis dan langsung
memeluk anaknya. Sejak
kejadian itu mereka selalu memapah sang kakek ke
meja makan, untuk makan
bersama. Jika ia lapar atau
haus, mereka segera
membawakan makanan
dan minuman untuknya. Mereka tidak lagi
mempersalahkan perlakuan
sang kakek, meski harus
selalu membersihkan sisa
makan sang kakek yang
selalu tumpah di meja makan. ***
Semoga cerita ini bisa
menjadi pengingat bagi kita
yang masih muda, bahwa
kita juga akan menjadi
seperti mereka yang sudah tua yang selalu
membutuhkan pertolongan
orang lain. Bahkan bisa jadi
nantinya kita akan lebih
menyusahkan anak-anak
kita. Jadi tanamkan sifat kesabaran dan keikhlasan
menerima semuanya , saling
mengerti dan menyadari
keadaan orang tua kita,
agar nantinya anak-anak
kita dapat memperlakukan kita dengan baik(Sekecil
apapun hal yang kita
lakukan hari ini akan
berdampak di kemudian
hari).

0 komentar:

Post a Comment