Pages

10 July 2012

Mencintai tanpa syarat

Dilihat dari usianya beliau
sudah tidak muda lagi, usia
yg sudah senja bahkan sudah
mendekati malam,Pak
Suyatno 58 tahun

kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit
istrinya juga sudah tua. Mereka menikah sudah lebih
32 tahun. Mereka dikarunia 4 orang
anak disinilah awal cobaan
menerpa,setelah istrinya
melahirkan anak ke empat
tiba2 kakinya lumpuh dan
tidak bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun,
menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi
lemah bahkan terasa tidak
bertulang
lidahnyapun sudah tidak bisa
digerakkan lagi. Setiap hari pak suyatno
memandikan, membersihkan
kotoran, menyuapi, dan
mengangkat istrinya keatas
tempat tidur. Sebelum
berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV supaya
istrinya tidak merasa
kesepian. Walau istrinya tidak dapat
bicara tapi dia selalu melihat
istrinya tersenyum, untunglah
tempat usaha pak suyatno
tidak begitu jauh dari
rumahnya sehingga siang
hari dia pulang untuk
menyuapi istrinya makan siang. sorenya dia pulang
memandikan istrinya,
mengganti pakaian dan
selepas maghrib dia temani
istrinya nonton televisi
sambil menceritakanapa2 saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya
bisa memandang tapi tidak
bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup
senang bahkan dia selalu
menggoda istrinya setiap
berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak
Suyatno lebih kurang 25
tahun, dengan sabar dia merawat istrinya
bahkan sambil membesarkan
ke empat buah hati mereka,
sekarang anak2 mereka
sudah dewasa tinggal si
bungsu yg masih kuliah. Pada suatu hari ke empat
anak suyatno berkumpul
dirumah orang tua mereka
sambil menjenguk ibunya.
Karena setelah anak mereka
menikah sudah tinggal dengan keluarga masing2
dan Pak Suyatno
memutuskan ibu mereka dia
yg merawat, yang dia
inginkan hanya satu semua
anaknya berhasil. Dengan kalimat yg cukup
hati2 anak yg sulung berkata
” Pak kami ingin sekali
merawat ibu semenjak kami
kecil melihat bapak merawat
ibu tidak ada sedikitpun
keluhan keluar dari bibir
bapak……. bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga
ibu” . dengan air mata
berlinang anak itu melanjutkan
kata2nya “sudah yg
keempat kalinya kami
mengijinkan bapak menikah
lagi,
kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan
bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban
seperti ini kami sudah tidak
tega melihat bapak,
kami janji kami akan
merawat ibu sebaik-baik
secara bergantian”. Pak Suyatno menjawab hal
yg sama sekali tidak diduga
anak2 mereka.” Anak2ku ……… Jikalau
perkimpoian & hidup didunia
ini hanya untuk nafsu,
mungkin bapak akan
menikah….. .tapi ketahuilah
dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih
dari cukup, dia telah melahirkan kalian.. sejenak
kerongkongannya tersekat,
… kalian yg
selalu kurindukan hadir
didunia ini dengan penuh
cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan apapun.
coba kalian tanya ibumu
apakah dia menginginkan
keadaanya seperti Ini. Kalian menginginkan bapak
bahagia, apakah bathin
bapak bisa bahagia
meninggalkan ibumu dengan
keadaanya sekarang, kalian
menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan
kesehatan dirawat oleh
orang lain, bagaimana
dengan ibumu yg masih
sakit.” Sejenak meledaklah tangis
anak2 pak suyatno
merekapun melihat
butiran2 kecil jatuh
dipelupuk mata ibu
Suyatno.. dengan pilu ditatapnya mata suami yg
sangat dicintainya itu..
Sampailah akhirnya Pak
Suyatno diundang oleh salah
satu stasiun TV swasta untuk
menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan
pertanyaan kepada Suyatno
kenapa mampu bertahan
selama 25 tahun merawat
Istrinya yg sudah tidak bisa
apa2.. disaat itulah meledak tangis beliau dengan
tamu yg hadirdi studio
kebanyakan kaum
perempuanpun tidak
sanggup menahan haru
disitulah Pak Suyatno bercerita. “Jika manusia didunia ini
mengagungkan sebuah cinta
dalam
perkimpoiannya, tetapi
tidak mau memberi
( memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) adalah kesia-siaan. Saya
memilih istri saya menjadi
pendamping hidup saya, dan
sewaktu dia sehat diapun
dengan sabar merawat saya
mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan
mata, dan dia memberi saya
4 orang anak yg lucu2.. Sekarang dia sakit karena
berkorban untuk cinta kita
bersama..dan itu merupakan
ujian bagi saya, apakah saya
dapat memegang komitmen
untuk mencintainya apa adanya. sehatpun belum
tentu saya mencari
penggantinya apalagi dia
sakit,,,”

0 komentar:

Post a Comment