Pages

10 July 2012

Akhir yang berlawanan

Tatkala masih di bangku sekolah, akuhidup bersama kedua orang tuaku dalam lingkungan yang baik. Aku selalumendengar do’a ibuku saat pulang dari keluyuran dan begadang malam. Demikianpula ayahku, ia selalu dalam shalatnya yang panjang.
Aku heran mengapa ayahshalat begitu lama, apalagi jika saat musim dingin yang menyengat tulang. Aku sungguh heran, bahkan hingga akuberkata kepada diriku sendiri: “alangkah sabarnya mereka …. Setiap hari begitu….. benar-benar mengherankan!. Aku belum tahu bahwa di situlahkebahagiaan orang mukmin, dan itulah shalat- shalat orang-orang pilihan… merekabangkit dari tempat
tidurnya untuk bermunajat kepada Allah. Setelah menjalani pendidikan militer,aku tumbuh sebagai pemuda yang matang. Tetapi diriku semakin jauh dariAllah.padahal berbagai nasihat kuterima dan kudengar dari waktu ke waktu. Setelah tamat dari pendidikan, akuditugaskan di kota yang jauh dari kotaku. Perkenalanku dengan teman- temansekerja membuatku agak ringan menanggung beban sebagai orang terasing. Di sana, aku tak mendengar lagi suarabacaan Al Qur’an. Tak ada lagi suara ibu yang membangunkan dan menyuruhkushalat. Aku benar-benar hidup sendirian jauh dari lingkungan keluarga yang dulukami nikmati. Aku ditugasi menjaga keamanan lalulintas di jalan antar kota. Di samping menjaga keamanan jalan. Tugasku membantuorang- orang yang membutuhkan
bantuan. Pekerjaan baruku sungguh menyenangkan,aku lakukan tugas-tugasku dengan semangat dan dedikasi tinggi, tetapi hidupkubagaikan di ombang- ambingkan ombak. Aku bingung dan sering melamunsendirian… bayak waktu luang…. pengetahuanku terbatas. Aku mulai jenuh… tak ada yangmenuntunku di bidang agama. Aku sebatang kara. Hampir setiap hari yangkusaksikan hanya kecelakaan dan orang-orang yang mengadu kecopetan ataubentuk-bentuk penganiayaan lain. Aku bosan dengan rutinitas. Sampai suatu hariterjadilah sebuah peristiwa yang hingga kini tak pernah kulupakan. Ketika itu, kami dengan seorang kawansedang bertugas di sebuah pos jalan. Kami asyik ngobrol… tiba–tiba kamidikagetkan oleh sebuah benturan yang amat keras, kami mengedarkan pandangan.Ternyata sebuah mobil bertabrakan dengan mobil lain yang meluncur dari arahyang berlawanan. Kami segera berlari menuju tempat kejadian untuk menolongkorban. Kejadian yang sungguh tragis. Kamilihat dua awak salah satu mobil dalam kondisi sangat kritis, keduanya segerakami keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di tanah. Kami cepat-cepat menuju mobil satunya.Ternyata pengemudinya telah tewas dengan amat mengerikan. Kami kembali kepadadua
orang yang berada dalam kondisi koma. Temanku menuntun mereka mengucapkankalimat syahadat. Ucapkanlah: “Laailaaha Illallaah …laailaaha illallaah perintah temanku. Tetapi sungguh mengherankan, darimulutnya malah meluncur lagu-lagu. Keadaan ini membuatku merinding. Temankutampaknya sudah biasa menghadapi orang- orang yang sekarat… kembali ia menuntunkorban itu membaca syahadat. Aku diam membisu, aku tak berkutikdengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku belum pernah menyaksikan orang yangsedang sekarat, apalagi dengan kondisi seperti ini. Temanku terus menuntunkeduanya mengulang-ulang bacaan syahadat, tetapi… keduanya tetap terus sajamelantunkan lagu tak ada gunanya… Suara lagunya terdengar semakinmelemah.. lemah dan lemah sekali. Orang pertama diam, tak bersuara lagi,disusul
orang kedua. Tak ada gerak … keduanya telah meninggal dunia. Kami segera membawa mereka ke dalam mobil. Temanku menunduk, ia takberbicara sepatah katapun. Selama perjalanannya ada kebisuan, hening. Kesunyian pecah ketika temanku mulaibicara. Ia berbicara tentang hakikat kematian dan su’ul khatimah (kesudahan yang buruk). ia berkata:“Manusia akan mengakhiri hidupnya…

0 komentar:

Post a Comment