Geli rasanya bernostalgia tentang masa lalu.
Apalagi mengingat yang namanya cinta pertama, rasa geli berubah jadi
rasa malu luar biasa. Senyum-senyum sendiri, itulah ekspresi pertama
yang akan dialami saat cinta pertama kita penuh dengan dunia tawa dan
romantisme. Cinta pertama hal yang akan selalu dikenang.
“Dulu saat ayah masih SMA, ayah punya cinta pertama, dia cewek termanis di sekolahan”
“Ibu juga punya
pengalaman sama cinta pertama, cowok itu preman di sekolahan, gak tau
kenapa ibu suka sama cowok itu, tampak gagah di depan mata ibu”
Begitulah
sekilas cerita yang setidaknya juga di alami sama orang tua kita, kelak
kita akan menjadi seperti mereka. Menceritakan
masa indah saat kita
menemukan cinta pertama. Kemudian sang anak dengan tatapan tanpa
berkedip akan memperhatikan seksama, ada yang terkagum, ada yang
tergelak tawa, dan ada pula anak dengan reaksi menangis.
Hal
inilah yang akan membingungkan saya, bagaimana tidak, cinta pertama,
dia seorang narapidana. Menakutkan ya sepertinya, tapi bagiku ini hal
terunik yang nanti akan membuat anak-anak saya penasaran. Seorang
narapidana, bertato, dan telah dinyatakan tersangka. Waw, cinta pertama
yang bisa disebut ini gila !
Awal
berkenalan menarik sekali, saat itu saya masih berstatus pelajar,
sementara lelaki itu hanya seorang pengangguran. Pengangguran karena ia
tak melanjutkan kuliah, bukan pengangguran yang mencari kerja. Sama
seperti pasangan lain, berkenalan, dia menggombal dan aku tersipu malu.
Bukan Cuma mengalami cinta pertama, tapi saya juga mengalami apa yang
dibilang “LDR (Long Distance Inrelationship)”. Cinta pertama saya itu
berjarak waktu dan daerah, membutuhkan waktu 4 jam hingga bisa bertemu,
untuk sekedar kencan. Cinta pertama ini juga mengalami yang namanya
“Backstreet”, seru..karena bisa merencakanan hal yang sifatnya rahasia.
Sang
lelaki rela berkorban untuk menemui saya, berjuang dari kota’nya
menggunakan kendaran beroda dua. Saya sudah siap dengan berdandan sok
manis, maklum masa remaja di saat SMA. Jadi, saya berusaha menjadi manis
didepan cinta pertama. Rasanya semua perlengkapan kosmetik harus
dipakai, hingga membuat aroma semerbak dikamar.
Menjalani
cinta pertama ini penuh dengan hal yang disembunyikan dari pasangan.
Jarak yang jauh ini lah yang menjadi penghalang saya untuk mengetahui
lebih dalam. Selama pacaran yang saya tau, dia lelaki humoris, bertato
eksotik, dan sejauh ini dia lelaki yang tampak baik. Sama seperti
pasangan lain, saya selalu menantikan adanya hadiah, sekedar kejutan
mungkin. Apalagi kebetulan sekali saat pacaran berbarengan dengan hari
valentine. Menanti penuh dengan harap dan deg-deg’an saat bulan
februari.
Namun
ternyata, sudah ada dua minggu lebih, sang pujangga tak memberi kabar
dari kotanya. Jangankan telepon, sms pun tak ada respon. Permasalah
semakin rumit, ketika sebelum sang kekasih pergi menghilang, ia sempat
membawa handphone saya yang memang saat itu niat dia untuk pinjam
sehari, tetapi ternyata berhari-hari. Selama itulah saya menjadi kalut,
maklum SMA, bawaannya saat tidak dimanja sama pasangan adalah menangis
seharian. Ketika sedang gundah gulana, saya mendapatkan pesan singkat
dari nomor yang tidak saya kenal.
- - - Sayang, ini aku, maaf karena sudah lama tak memberi kabar. Saat ini aku lgi ada masalah, ini aku sms pakai nomer teman. –
Dengan sigap aku
langsung menghubungi nomor tersebut, dengan harap-harap cemas. Seingat
saya, handphone ada tapi kenapa dia sms pakai nomer orang lain.
“ hallo …” Sapaku dengan nada keras
“ iya yank, sabar ya, aku mau menjelaskan sesuatu sama kamu” Tanggapnya dengan nada pelan
“ kamu kenapa ?ada apa ?jelaskan semuanya !”Pintaku saat itu dengan paksaan
“ sekarang aku lagi di
pengadilan, hhmm..(terdengar suara nafas dihembuskan perlahan), aku
kena kasus sayang, dan sekarang sudah mau ditetapkan jadi tersangka”
(aku terdiam, lebih dari 5 menit)
“ tersangka? Kamu
habis ngelakuin apa? Trus sekarang kita gimana?,” Ah ya..yang terlintas
dibenak saya waktu itu hanya masalah hubungan kami.
“maafkan aku, aku tak
bisa berbuat banyak, ini kesalahanku, aku tak bisa memutuskan kita
sekarang bagaimana, itu terserah kamu. Katanya aku bakal ditahan selama
satu tahun, apa kamu sanggup menungu selama itu,”
“hah, satu tahun..kamu ngapain ?sampai selama itu?” Aku terus memburunya dengan pertanyaan tersebut.
“itu belum bisa ku
jelaskan, takut kamu syok lebih berat, menurutku kamu cari saja yang
lain, karena ini terlalu lama bagi hubungan kita”
Saat
itu juga, saya tutup telepon, derai air mata sudah membanjiri pipi.
Kemudian tanpa basa-basi, saya telepon tempat pemesan tiket travel,
ya..saat itu juga saya pergi tanpa pamit orang tua untuk datang kekota
sang kekasih. Bekal yang saya punya hanya alamat rumah tantenya, dan
dengan kenekatan akhirnya saya memberanikan diri menemui beliau.
Setelah
berhasil menemukan alamat tante itu, saya berani untuk mengetok pintu,
dan sepertinya kebetulan sekali yang langsung membuka adala beliau.
“Pacarnya Didot ya?”
“iya tante, saya baru sampai dan sekarang saya syok, apa benar Didot masuk penjara te?” Tanyaku dengan penuh kegelisahan
“kamu perempuan kecil
yang berani untuk pergi sejauh ini ya nak, dan menjadi lebih berani
karena kamu mau jadi pacarnya Didot, ia benar sekarang dia ada di
penjara,”
(aku terdiam lama dan meneteskan air mata)
“nak, sebaiknya kamu
akhiri saja, Didot itu bukan pria baik-baik, dia itu duda nak, sudah
pernah menikah, tapi cerai, dan sekarang dia masuk penjara, karena
ulahnya mencuri motor,” Tante mencoba menjelaskan secara perlahan.
Saya semakin syok,
apa..dia duda? Ada hal yang lebih parah dari ini, sepertinya ini saja
sudah terdengar sangat parah. Saya memiliki pacar dan dia cinta pertama yang ternyata DUDA, dan sekarang lagi di penjara.
Setelah
lama berbincang, tante berinisiatif untuk membawaku langsung menjenguk
di penjara. Pada awalnya tidak diberi ijin untuk bertemu dengan sang
kekasih, tetapi setelah tante tahu kalau handphone saya dibawa juga sama
sang kekasih, maka tante melunak. Sesampai dipenjara, tanganku panas
mengepal ingin segera menampar tepat di pipi pria yang ku anggap baik
selama ini.
Dia
datang dengan muka tak bersalah campur terkejut. Pasti dia tak bisa
mengira, saya akan senekad ini. Tanpa basa-basi, saya benar-benar
menamparnya, tepat dihadapan para penjenguk lain diruang sempit itu.
Tapi, tamparan itu tak akan membuat saya puas, karena saya sudah
terlanjur di tipu. Saat itu juga, tante sebagai penengah meminta
handphone yang telah dibawa oleh cinta pertama saya.
Tak
sedikitpun ia mengucap maaf, malah parahnya sempat-sempatnya meminta
untuk dibelikan rokok. Saya heran, handphone yang selama ini dipinjam
ternyata bisa sampai dibawa ke penjara, eh..sempat-sempatnya ada warung
di dalam penjara tersebut.
Saat
itu juga hancur harapan saya, karena sudah mengetahui kalau cinta
pertama saya telah ditetapkan menjadi tersangka. Sedih, karena selama
ini dia menyembunyikan permasalahn tersebut, dan sedih kenapa disaat
cinta pertama itu bersama pria yang baik malah saya merasakan kebaikan
pria hanya sesaat. Mendatangi sang kekasih bukan untuk berlama-lama,
tetapi benar ingin memastikan. Setidaknya saat sudah tahu ia narapidana,
saya langsung angkat kaki, kembali ke kota tercinta.
0 komentar:
Post a Comment