Pages

15 October 2012

Cinta Pertamaku, Seorang Duda, dan Menjadi Narapidana

Geli rasanya bernostalgia tentang masa lalu. Apalagi mengingat yang namanya cinta pertama, rasa geli berubah jadi rasa malu luar biasa. Senyum-senyum sendiri, itulah ekspresi pertama yang akan dialami saat cinta pertama kita penuh dengan dunia tawa dan romantisme. Cinta pertama hal yang akan selalu dikenang.

“Dulu saat ayah masih SMA, ayah punya cinta pertama, dia cewek termanis di sekolahan”
“Ibu juga punya pengalaman sama cinta pertama, cowok itu preman di sekolahan, gak tau kenapa ibu suka sama cowok itu, tampak gagah di depan mata ibu”
Begitulah sekilas cerita yang setidaknya juga di alami sama orang tua kita, kelak kita akan menjadi seperti mereka. Menceritakan
masa indah saat kita menemukan cinta pertama. Kemudian sang anak dengan tatapan tanpa berkedip akan memperhatikan seksama, ada yang terkagum, ada yang tergelak tawa, dan ada pula anak dengan reaksi menangis.
Hal inilah yang akan membingungkan saya, bagaimana tidak, cinta pertama, dia seorang narapidana. Menakutkan ya sepertinya, tapi bagiku ini hal terunik yang nanti akan membuat anak-anak saya penasaran. Seorang narapidana, bertato, dan telah dinyatakan tersangka. Waw, cinta pertama yang bisa disebut ini gila !
Awal berkenalan menarik sekali, saat itu saya masih berstatus pelajar, sementara lelaki itu hanya seorang pengangguran. Pengangguran karena ia tak melanjutkan kuliah, bukan pengangguran yang mencari kerja. Sama seperti pasangan lain, berkenalan, dia menggombal dan aku tersipu malu. Bukan Cuma mengalami cinta pertama, tapi saya juga mengalami apa yang dibilang “LDR (Long Distance Inrelationship)”. Cinta pertama saya itu berjarak waktu dan daerah, membutuhkan waktu 4 jam hingga bisa bertemu, untuk sekedar kencan. Cinta pertama ini juga mengalami yang namanya “Backstreet”, seru..karena bisa merencakanan hal yang sifatnya rahasia.
Sang lelaki rela berkorban untuk menemui saya, berjuang dari kota’nya menggunakan kendaran beroda dua. Saya sudah siap dengan berdandan sok manis, maklum masa remaja di saat SMA. Jadi, saya berusaha menjadi manis didepan cinta pertama. Rasanya semua perlengkapan kosmetik harus dipakai, hingga membuat aroma semerbak dikamar.
Menjalani cinta pertama ini penuh dengan hal yang disembunyikan dari pasangan. Jarak yang jauh ini lah yang menjadi penghalang saya untuk mengetahui lebih dalam. Selama pacaran yang saya tau, dia lelaki humoris, bertato eksotik, dan sejauh ini dia lelaki yang tampak baik. Sama seperti pasangan lain, saya selalu menantikan adanya hadiah, sekedar kejutan mungkin. Apalagi kebetulan sekali saat pacaran berbarengan dengan hari valentine. Menanti penuh dengan harap dan deg-deg’an saat bulan februari.
Namun ternyata, sudah ada dua minggu lebih, sang pujangga tak memberi kabar dari kotanya. Jangankan telepon, sms pun tak ada respon. Permasalah semakin rumit, ketika sebelum sang kekasih pergi menghilang, ia sempat membawa handphone saya yang memang saat itu niat dia untuk pinjam sehari, tetapi ternyata berhari-hari. Selama itulah saya menjadi kalut, maklum SMA, bawaannya saat tidak dimanja sama pasangan adalah menangis seharian. Ketika sedang gundah gulana, saya mendapatkan pesan singkat dari nomor yang tidak saya kenal.
- - - Sayang, ini aku, maaf karena sudah lama tak memberi kabar. Saat ini aku lgi ada masalah, ini aku sms pakai nomer teman. –
Dengan sigap aku langsung menghubungi nomor tersebut, dengan harap-harap cemas. Seingat saya, handphone ada tapi kenapa dia sms pakai nomer orang lain.
“ hallo …” Sapaku dengan nada keras
“ iya yank, sabar ya, aku mau menjelaskan sesuatu sama kamu” Tanggapnya dengan nada pelan
“ kamu kenapa ?ada apa ?jelaskan semuanya !”Pintaku saat itu dengan paksaan
“ sekarang aku lagi di pengadilan, hhmm..(terdengar suara nafas dihembuskan perlahan), aku kena kasus sayang, dan sekarang sudah mau ditetapkan jadi tersangka”
(aku terdiam, lebih dari 5 menit)
“ tersangka? Kamu habis ngelakuin apa? Trus sekarang kita gimana?,” Ah ya..yang terlintas dibenak saya waktu itu hanya masalah hubungan kami.
“maafkan aku, aku tak bisa berbuat banyak, ini kesalahanku, aku tak bisa memutuskan kita sekarang bagaimana, itu terserah kamu. Katanya aku bakal ditahan selama satu tahun, apa kamu sanggup menungu selama itu,”
“hah, satu tahun..kamu ngapain ?sampai selama itu?” Aku terus memburunya dengan pertanyaan tersebut.
“itu belum bisa ku jelaskan, takut kamu syok lebih berat, menurutku kamu cari saja yang lain, karena ini terlalu lama bagi hubungan kita”
Saat itu juga, saya tutup telepon, derai air mata sudah membanjiri pipi. Kemudian tanpa basa-basi, saya telepon tempat pemesan tiket travel, ya..saat itu juga saya pergi tanpa pamit orang tua untuk datang kekota sang kekasih. Bekal yang saya punya hanya alamat rumah tantenya, dan dengan kenekatan akhirnya saya memberanikan diri menemui beliau.
Setelah berhasil menemukan alamat tante itu, saya berani untuk mengetok pintu, dan sepertinya kebetulan sekali yang langsung membuka adala beliau.
“Pacarnya Didot ya?”
“iya tante, saya baru sampai dan sekarang saya syok, apa benar Didot masuk penjara te?” Tanyaku dengan penuh kegelisahan
“kamu perempuan kecil yang berani untuk pergi sejauh ini ya nak, dan menjadi lebih berani karena kamu mau jadi pacarnya Didot, ia benar sekarang dia ada di penjara,”
(aku terdiam lama dan meneteskan air mata)
“nak, sebaiknya kamu akhiri saja, Didot itu bukan pria baik-baik, dia itu duda nak, sudah pernah menikah, tapi cerai, dan sekarang dia masuk penjara, karena ulahnya mencuri motor,” Tante mencoba menjelaskan secara perlahan.
Saya semakin syok, apa..dia duda? Ada hal yang lebih parah dari ini, sepertinya ini saja sudah terdengar sangat parah. Saya memiliki pacar dan dia cinta pertama yang ternyata DUDA, dan sekarang lagi di penjara.
Setelah lama berbincang, tante berinisiatif untuk membawaku langsung menjenguk di penjara. Pada awalnya tidak diberi ijin untuk bertemu dengan sang kekasih, tetapi setelah tante tahu kalau handphone saya dibawa juga sama sang kekasih, maka tante melunak. Sesampai dipenjara, tanganku panas mengepal ingin segera menampar tepat di pipi pria yang ku anggap baik selama ini.
Dia datang dengan muka tak bersalah campur terkejut. Pasti dia tak bisa mengira, saya akan senekad ini. Tanpa basa-basi, saya benar-benar menamparnya, tepat dihadapan para penjenguk lain diruang sempit itu. Tapi, tamparan itu tak akan membuat saya puas, karena saya sudah terlanjur di tipu. Saat itu juga, tante sebagai penengah meminta handphone yang telah dibawa oleh cinta pertama saya.
Tak sedikitpun ia mengucap maaf, malah parahnya sempat-sempatnya meminta untuk dibelikan rokok. Saya heran, handphone yang selama ini dipinjam ternyata bisa sampai dibawa ke penjara, eh..sempat-sempatnya ada warung di dalam penjara tersebut.
Saat itu juga hancur harapan saya, karena sudah mengetahui kalau cinta pertama saya telah ditetapkan menjadi tersangka. Sedih, karena selama ini dia menyembunyikan permasalahn tersebut, dan sedih kenapa disaat cinta pertama itu bersama pria yang baik malah saya merasakan kebaikan pria hanya sesaat. Mendatangi sang kekasih bukan untuk berlama-lama, tetapi benar ingin memastikan. Setidaknya saat sudah tahu ia narapidana, saya langsung angkat kaki, kembali ke kota tercinta.

0 komentar:

Post a Comment