Pages

6 October 2012

Kisah Sejati : Hidayah Melalui Penderitaan

Senja sudah lama menampakkan warna indahnya, kala itu hari sudah hampir gelap. Tapi kru misi baru memulai perjalanannya, menuju desa Bletok kec. Bungatan kab. Situbondo, yang sebelumnya menunaikan sholat maghrib di sebuah masjid pinggir jalan, kurang lebih 1 jam perjalanan dari Paiton kita akan sampai ke desa Bletok. Pagi harinya kami mendatangi kebeliauman Bpk Alimin, kehadiran kami disambut meriah oleh beliau.
Pak Royal begitulah panggilan akrab beliau ketika masih muda, beliau lahir di era 30an sebelum Indonesia merdeka, jadi sedikit banyak beliau tau seluk-beluk tentang sejarah Indonesia ketika masih dijajah, meskipun usianya sudah 80an, tapi beliau masih kelihatan segar bugar.
Ketika masih berumur 12 tahun beliau dimondokkan oleh orang tuanya di pondok pesantren Genggong (Zainul Hasan), tepatnya pada tahun 1942 ketika jepang masuk ke Indonesia. Pada tahun 1949 beliau menyudahi belajarnya di pesantren dan mengajar di desanya, karena beliau berprofesi sebagai santri, yang sepatutnya sebagai orang lulusan pesatren mengaplikasikan ilmu yang didapatnya pada masyarakat.
Kurang lebih sekitar dua tahun mengajar, beliau tertarik pada seorang gadis dan berkeinginan meminangnya, akhirnya pada tahun 1951 beliau melangsungkan pernikahannya. Dalam pernikahannya itu beliau dikaruniai anak kembar, tapi sayangnya keduanya meninggal dunia ketika dilahirkan. Berselang satu tahun dari pernikahannya beliau mengikuti lomba Qori’ di Situbondo yang diikuti oleh ratusan peserta se kabupeten Situbondo, dalam lomba itu beliau meraih juara ke dua, kemenangannya dikarenakan beliau mempunyai Laghem (macam-macam lagu, red).
Semuanya berawal dari ajakan sang guru yang akan mendirikan Tabbuan, ketika itu ada orang yang menyarankan pada gurunya dan menyuruh agar beliau yang menjadi dalangnya karena beliau mempunyai suara yang merdu. Hingga suatu ketika beliau diundang kerumah gurunya dengan empat orang temannya ketika masih di pesantren dulu, lalu merka disuguhi minuman berupa kopi, sebelum beliaumasuk keruang tamu kopi tersebut memang sudah ada dimeja, kemubeliaun beliau dipersilah kan duduk di kursi paling selatan oleh sang guru, ketika beliau minum kopi tersebut serasa bau bunga di dalam kopinya dan perasaannya mulai tidak enak.
Setelah kejabeliaun itu, sedikit demi sedikit imannya sebagai ustad mulai runtuh, ketika hari sabtu malam yang seharusnya beliau punya jadwal untuk mengajar pera santrinya di musholla, tapi beliau pergi ke Pergien (pantun yang dinyanyikan, red) dengan alasan sakit. Sebelum acara dimulai beliau sedah berada dibarisan terdepan untuk menonton, ketika acara dimulai dan si dalang menyanyikan pantun-pantun beliau merasa iri karena beliau rasa suara si dalang tak sebagus suaranya, seusi acara beliau pergi kegurunya kalu beliau setuju untuk menjadi dalang dalam Tabbuan yang akan didirikan oleh gurunya itu, semua itu dikarenakan kopi yang diminumnya dulu di rumah gurunya, ternyata benar kopi itu sudah diberi mantra agar beliau mau menjadi dalang.
Pertunjukan selanjutnya beliau sudah menjadi dalang, suarang yang merdu me ngundang warga sekitar untuk menonyon pertunjukan itu, semua penonton merasa puas dan kagum dengan suaranya, selain suaranya yang merdu beliau juga tampan dan gagah, hal itu membuat banyak wanita yang tergila-gila padanya, hingga suatu hari ketika beliau pergi kesungai ada empat wanita yang mengikuti dibelakangnya dan mendahuluinya sembari melemparkan uang tanpan mengucapkan sepath kata apapun. Sampai-sampai ada wanita yang rela menceraikan suaminya hany untuk berhubungn dengannya. Selain wanita, hartapun juga terus mengikutinya hingga akhirnya beliau menjadi orang kaya yang royal (suka menghambur-hamburkan uang, red), dari itu beliau dijuluki Pak Royal.
Sejak beliau ikut Tabbuan pada tahun 1953, beliau tidak sholat,puasa dan ibadah wajib lainnya, beliau sudah lupa dengan titlenya sebagai seorang ustad yang seharusnya menjadi panutan bagi masyarakat, 25 tahun beliau menjalani kehidupannya dijalan yang salah, sehingga pada tahun 1973 beliau baru dapat hidayah dari sang kuasa, karena beliau telah jatuh miskin lagi, kekayaannya habis karena beliau mengawinkan anaknya dengan pesta yang sangat mewah dan tidak memungut uang dari para tamu yang hadir,
Beliaupun kembali ke masjid untuk bertaubat dan menyesali perbuatan yang telah dilakukannya, pada hari jum’at beliau membaca nida’ di masjid, setelah sholat jum’at, pak pengulu menunjuknya sebagai ta’mir masjid, karena di desa itu ada dua masjid yang jaraknyapun sangat dekat kira-kira hanya 100 meter, jadi beliau diberi amanah untuk menjadi ta’mir di dua masjid tersebut yakni Al-Falah dan Nurul Huda.
Setelah bertaubat dan kambali kejalan yang benar, beliau masih merasa hidupnya tidak sempurna tanpa adanya seorang istri, lalu beliau pun mencari seorang istri, hingga dalam dua tahun beliau pernah menikah selama 12 kali, beliau menceraikan istri-istrinya dengan berbagai alasan, tapi para mantan istrinya itu rata-rata belum dikumpuli, kerena beliau tetap memegang teguh prinsip yang diberikan oleh gurunya, yaitu harus mengikuti rukin islam atau rukun iman, yang artinya kalau belum sampai lima atau enam hari setelah menikah todak boleh berhubungan intim, dan ada juga yang ternyata istrinya itu perokok, jadi untuk menjaga image seorang ustad tidak boleh tidak beliau harus menceraikan mereka.
Hingga akhirnya beliau menemukan seorang wanita yang cocok untuk dijadika istri, beliau wanita yang sholeha, tidak suka meninggalkan hal-hal yang wajib dan selalu sholat malam, jadi beliau merasa istrinya yang sekarang sesuai dengan profesinya sebagai ustad.
Beliaukhir perbincangan kami beliau berpesan “ je’ adhina parkara wajib, maske’na be’en penter mon se wajib e dhina apagunana(jangn meninggalkan hal-hal wajib, meskipun kamu pintar tapi yang wajinb ditinggalkan apagunanya, red)” dan beliau juga menambahkan “ deddhi oreng pa becce’ karana kabbi’na pangeran se tao (jadilah orang yang baik, karena semuanya tuhan yang tahu, red)” nasehatny. Demikian perbincangan kami dengan pak Alimin, mudah-mudahan kita dapan memetik pelajaran yang bermanfaat dari kisah ini. Amin……

0 komentar:

Post a Comment