Pages

30 October 2012

Selembar kertas putih

Seorang anak yang suka
mencari-cari kesalahan.
Dengan cekatan, ia akan
mampu menunjukkan
kesalahan teman-teman dan
orangtuanya. Bahkan jika sesuatu terjadi pada dirinya,
maka ia menyalahkan teman
dan orangtuanya. “Aku jatuh karena Ayah
meletakkan ember di
sembarang tempat,
” kata
anak tersebut. kepada
ayahnya saat ia terjatuh di
kamar mandi. “Kamu mengalami musibah ini
karena kamu tidak berhati-
hati. Oleh karena itu, kalau
berjalan harus hati-hati,” kata
anak tersebut. kepada
seorang anak lain yang terkilir kakinya. Pada suatu hari, anak itu
berjalan-jalan di pinggir hutan.
Matanya tertuju pada
sekelompok lebah yang
mengerumuni sarangnya.
“Wah, madu lebah itu pasti sangat manis. Aku akan
mengambilnya. Aku akan
mengusir lebah-lebah itu !” Ia
pun mengambil sebuah galah
dan menyodok sarang lebah
itu dengan keras. Ribuan lebah merasa terusik dan
menyerang anak itu. Melihat
binatang kecil yang begitu
banyak, anak itu lari terbirit-
birit. Lebah- lebah itu tidak
membiarkan musuhnya pergi begitu saja. Satu …dua …tiga,
lebah-lebah menghajar dengan
sengatan.
“Aduh …..tolong ….. !” Byur !
Anak itu menceburkan
dirinya ke sungai. Tak lama kemudian, lebah-lebah itu
pergi meninggalkan anak itu
yang kesakitan. “Mengapa Ayah tidak
menolongku ? Jika Ayah
sayang padaku, pasti sudah
berusaha menyelamatkanku.
Semua ini salah Ayah!”
Ayahnya diam sejenak, lalu mengambil selembar kertas
putih. “Anakku, apa yang kamu
lihat dari kertas ini? Itu hanya
kertas putih, tidak ada
gambarnya,” jawab anak itu.
Kemudian, ayahnya mentoreh
di kertas putih dengan sebuah titik berwarna hitam. “Apa yang kamu lihat dari
kertas putih ini? Ada gambar
titik hitam di kertas putih itu!
Anakku, mengapa kamu
hanya rmelihat satu titik
hitam pada kertas putih ini? Padahal sebagian besar kertas
ini berwarna putih. Betapa
mudahnya kamu melihat
kesalahan Ayah! Padahal
masih banyak hal baik yang
telah Ayah lakukan padamu.” Ayahnya berjalan pergi
meninggalkan anaknya yang
duduk termenung.

0 komentar:

Post a Comment