Pages

30 July 2012

Menikah bukan sekedar mendapatkan keturunan

Suatu hari di sebuah rumah
mewah di pinggiran desa, ada
sepasang suami istri, Rudi dan
sang istri bernama yuli. Rudi
adalah anak tunggal

keturunan orang terpandang di desa itu, sedangkan Yuli
adalah anak orang biasa.
Namun kedua orang tua Rudi,
sangat menyayangi menantu
satu-satunya itu. Karena selain
rajin, patuh dan taat beribadah, Yuli juga sudah
tidak punya saudara dan
orang tua lagi. Karna
meninggal saat ia masih kecil.
Orang memandang, mereka
adalah pasangan yg sangat harmonis. Para tetangganya
pun tahu bagaimana mereka
dulu merintis usaha dari kecil
untuk mencapai kehidupan
mapan seperti sekarang ini.
Sayangnya, pasangan itu belum lengkap. Dalam kurun waktu sepuluh
tahun usia pernikahannya,
mereka belum juga dikaruniai
seorang anak. Akibatnya Rudi
putus asa hingga walau masih
sangat cinta, dia berniat untuk menceraikan sang istri, yg
dianggap tidak mampu
memberikan keturunan
sebagai penerus generasi.
Setelah melalui perdebatan,
dengan sedih dan duka yg mendalam, akhirnya Yuli pun
menyerah pada keputusan
suaminya untuk tetap
bercerai. Sambil menahan perasaan yg
tidak menentu, suami istri
itupun menyampaikan
rencana perceraian tersebut
kepada orang tuanya. Orang
tuanya pun menentang keras, sangat tidak setuju, tapi
tampaknya keputusan Rudi
sudah bulat. Dia tetap akan
menceraikan Yuli. Setelah berdebat cukup lama,
akhirnya dengan berat hati
kedua orang tua itu
menyetujui perceraian
tersebut dengan satu syarat,
yaitu agar perceraian itu juga diselenggarakan dalam sebuah
pesta yg sama besar seperti
besarnya pesta saat mereka
menikah dulu. Karena tak
ingin mengecewakan kedua
orang tuanya, maka persyaratan itu pun disetujui. Beberapa hari kemudian, pesta
diselenggarakan. Saya berani
sumpah bahwa itu adalah
sebuah pesta yg sangat tidak
membahagiakan bagi
siapapun yg hadir. Pak Rudi nampak tertekan, stres dan
terus menenggak minuman
beralkohol sampai mabuk dan
sempoyongan. Sementara Yuli
tampak terus melamun dan
sesekali mengusap air mata di pipinya. Di sela mabuknya itu
tiba-tiba Rudi berdiri tegap
dan berkata lantang, “Istriku, saat kamu pergi
nanti… ambil saja dan bawalah
serta semua barang berharga
atau apapun itu yg kamu suka
dan kamu sayangi..!”
Setelah berkata demikian, tak lama kemudian ia semakin
mabuk dan akhirnya tak
sadarkan diri. Keesokan harinya, seusai
pesta, Rudi terbangun dengan
kepala yg masih berdenyut-
denyut berat. Dia merasa asing
dengan keadaan
disekelilingnya, tak banyak yg dikenalnya kecuali satu.
Yuli istrinya, yg masih sangat
ia cintai, sosok yg selama
bertahun-tahun ini menemani
hidupnya.
Maka, dia pun lalu bertanya, “Ada dimana aku..?
Sepertinya ini bukan kamar
kita..? Apakah aku masih
mabuk dan bermimpi..?
Tolong jelaskan…” Yuli pun lalu menatap
suaminya penuh cinta, dan
dengan mata berkaca dia
menjawab,
“Suamiku… ini dirumah
peninggalan orang tuaku, dan orang-orang ini para tetangga.
Kemaren kamu bilang di
depan semua orang bahwa
aku boleh membawa apa saja
yg aku mau dan aku sayangi.
Dan perlu kamu tahu, di dunia ini tidak ada satu barangpun
yg berharga dan aku cintai
dengan sepenuh hati kecuali
kamu. Karena itulah kamu
sekarang kubawa serta
kemanapun aku pergi…!” Dengan perasaan terkejut
setelah tertegun sejenak dan
sesaat tersadar, Rudi lalu
bangun dan kemudian
memeluk istrinya erat dan
cukup lama sambil terdiam. Yuli hanya bisa pasrah tanpa
mampu membalas
pelukannya. Ia biarkan kedua
tangannya tetap lemas, lurus
sejajar dengan tubuh
kurusnya. “Maafkan aku istriku, aku
sungguh bodoh dan tidak
menyadari bahwa ternyata
sebegitu dalamnya cintamu
buat aku. Sehingga walau aku
telah menyakitimu dan berniat menceraikanmu
sekalipun, kamu masih tetap
mau membawa serta diriku
bersamamu dalam keadaan
apapun…” Kedua suami istri itupun
akhirnya ikhlas berpelukan
dan saling bertangisan
melampiaskan penyesalannya
masing-masing. Mereka
akhirnya mengikat janji (lagi) berdua untuk tetap saling
mencintai hingga ajal
memisahkannya.. ‘’ketahuilah sobat bahwa
tujuan utama dalam
pernikahan bukanlah hanya
untuk mendapatkan
keturunan, memang diakui
keturunan sangatlah di harapkan dalam pernikahan,
tapi masih banyak hal-hal
yang perlu di selami dalam
hidup berumah tangga. Untuk itu kita perlu
meluruskan kembali tujuan
kita dalam menikah, yaitu
peneguhan janji sepasang
suami istri untuk saling
mencintai, saling menjaga baik dalam keadaan suka maupun
duka. Melalui kesadaran
tersebut, apapun kondisi
rumah tangga yang kita jalani
akan menemukan suatu
solusi. Sebab proses menemukan solusi dengan
berlandaskan kasih sayang
ketika menghadapi sebuah
masalah, sebenarnya
merupakan salah satu kunci
keharmonisan rumah tangga kita.’’ “Harta dalam rumah tangga
itu bukanlah terletak dari
banyaknya tumpukan materi
yg dimiliki, namun dari rasa
kasih sayang dan cinta
pasangan suami istri yg terdapat dalam keluarga
tersebut. Maka jagalah harta
keluarga yg sangat berharga
itu..!”

0 komentar:

Post a Comment