Pages

12 July 2012

Hadiah sejati

Tini dan Tono adalah pasangan baru yg hidupnya pas-pasan.
Meskipun kehidupan sehari-harinya sederhana, tetapi pasangan ini kaya akan cinta.
Tak mau kalah dengan gaya hidup orang kota
besar, hari Valentine lalu juga mereka rayakan dengan saling menukar kado.
Semula Tini bingung, hadiah apa yang akan diberikan pada suaminya.
Akhirnya diputuskan, rantai arloji tangan untuk menggantikan milik suaminya yang sudah putus.
Lantaran tak punya duit, Tini memilih jalan nekad.
Ia sengaja memotong rambutnya yang panjangnya sampai lutut dan menjualnya.
Dari hasil menjual rambut, ia bisa membeli rantai arloji.
Tini lalu pulang ke rumah dengan penuh harap.
Suaminya pasti senang karena arloji satu-satunya hadiah pernikahan yang masih tersisa akan bisa dipakai lagi.
Padahal, sesungguhnya hatinya gundah.
Selama ini Tono amat mengagumi rambutnya yang panjang dan indah itu.
Kecewakah Tono lantaran ia memotong rambutnya?


Tini terkejut mendapati sang suami sudah pulang terlebih dulu dan menunggunya di ruang tamu.
Tangan Tono menggenggam sebuah bingkisan kado yang siap diberikan pada istri tercinta.
Sesaat ia terkesima melihat rambut istrinya yang terpotong pendek.
Meski tak bicara sepatah kata pun, wajahnya menyiratkan rasa kecewa.
Ia lantas menyorongkan kadonya ke hadapan sang istri.
Ketika membuka bingkisan kecil itu, mata Tini terbelalak.
Sekejap, air matanya berlinangan.
Di dalam kotak kecil, tampak sebuah sisir lipat model baru berwarna perak yang amat cocok untuk rambut panjangnya.
Sebaliknya, begitu Tono membuka dan melihat hadiah dari sang istri, ia terperangah.
Ah! Sebuah rantai jam cantik berlapis emas, cocok untuk arlojinya.
Sesaat kemudian Tini mengetahui bahwa Tono telah menggadaikan arlojinya agar ia mendapat uang untuk membeli sisir.

Seorang filsuf kenamaan pernah berkata, "Cincin dan permata bukanlah hadiah, tapi hanya apologia dari sebuah hadiah.
Karena hadiah sejati yang mestinya kau berikan adalah bagian dari dirimu."

0 komentar:

Post a Comment