Pages

30 July 2012

Beda nasib

Konon, uang seribu dan
seratus ribu memiliki asal-usul
yang sama tapi mengalami
nasib yang berbeda. Keduanya
sama-sama dicetak di PERURI

dengan bahan dan alat-alat yang oke. Pertama kali keluar dari
PERURI, uang seribu dan
seratus ribu sama-sama bagus,
berkilau, bersih, harum dan
menarik. Namun tiga bulan
setelah keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu
bertemu kembali di dompet
seseorang dalam kondisi yang
berbeda. Uang seratus ribu berkata
pada uang seribu :”Ya,
ampiiiuunnnn. ………. darimana
saja kamu, kawan? Baru tiga
bulan kita berpisah, koq kamu
udah lusuh banget? Kumal, kotor, lecet dan…… bau!
Padahal waktu kita sama-
sama keluar dari PERURI, kita
sama-sama keren kan ….. Ada
apa denganmu?” Uang seribu
menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan
perasaan nelangsa. Sambil
mengenang perjalanannya,
uang seribu berkata : “Ya, beginilah nasibku ,
kawan. Sejak kita keluar dari
PERURI, hanya tiga hari saya
berada di dompet yang bersih
dan bagus. Hari berikutnya
saya sudah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal.
Dari dompet tukang sayur,
saya beralih ke kantong
plastik tukang ayam.
Plastiknya basah, penuh
dengan darah dan taik ayam. Besoknya lagi, aku dilempar
ke plastik seorang pengamen,
dari pengamen sebentar aku
nyaman di laci tukang
warteg. Dari laci tukang
warteg saya berpindah ke kantong tukang nasi uduk,
dari sana saya hijrah ke
‘baluang’ (pren : tau kan
baluang…?) Inang-inang. Begitulah perjalananku dari
hari ke hari. Itu makanya
saya bau, kumal, lusuh,
karena sering dilipat-lipat,
digulung-gulung, diremas-
remas. ……” Uang seratus ribu
mendengarkan dengan
prihatin.: “Wah, sedih sekali
perjalananmu, kawan!
Berbeda sekali dengan
pengalamanku. Kalau aku ya, sejak kita keluar dari PERURI
itu, aku disimpan di dompet
kulit yang bagus dan harum. Setelah itu aku pindah ke
dompet seorang wanita
cantik. Hmmm…dompetnya
harum sekali. Setelah dari
sana , aku lalu berpindah-
pindah, kadang-kadang aku ada di hotel berbintang 5,
masuk ke restoran mewah,
ke showroom mobil mewah,
di tempat arisan Ibu-ibu
pejabat, dan di tas selebritis.
Pokoknya aku selalu berada di tempat yang bagus. Jarang deh aku di tempat
yang kamu ceritakan itu.
Dan…… aku jarang lho ketemu
sama teman-temanmu. “ Uang seribu terdiam sejenak.
Dia menarik nafas lega,
katanya : “Ya. Nasib kita memang
berbeda. Kamu selalu
berada di tempat yang
nyaman. Tapi ada satu hal
yang selalu membuat saya
senang dan bangga daripada kamu!” “Apa itu?” uang seratus
ribu penasaran.
“Aku sering bertemu
teman-temanku di kotak-
kotak amal di mesjid atau
di tempat-tempat ibadah lain. Hampir setiap minggu
aku mampir di tempat-
tempat itu. Jarang banget
tuh aku melihat kamu
disana…..”

0 komentar:

Post a Comment