Pages

1 August 2012

Antara aku,Tuhanku,dan istriku

Seorang lelaki berdoa: “Oh
Tuhan, saya tidak terima. Saya
bekerja begitu keras di
kantor, sementara istri saya
enak-enakan di rumah. Saya

ingin memberinya pelajaran, tolonglah ubahlah saya
menjadi istri dan ia menjadi
suami.” Tuhan merasa simpati dan
mengabulkan doanya.
Keesokan paginya, lelaki yang
telah berubah wujud menjadi
istri tersebut, terbangun dan
cepat-cepat ke dapur menyiapkan sarapan.
Kemudian membangunkan
kedua anaknya untuk
bersiap-siap ke sekolah. Kemudian ia mengumpulkan
dan memasukkan baju-baju
kotor ke dalam mesin cuci.
Setelah suami dan anak
pertamanya berangkat, ia
mengantar anaknya yang kecil ke sekolah taman kanak-
kanak. Pulang dari sekolah TK, ia
mampir ke pasar untuk
belanja. Sesampainya di
rumah, setelah menolong
anaknya ganti baju, ia
menjemur pakaian dan kemudian memasak untuk
makan siang. Selesai memasak, ia mencuci
piring-piring bekas makan
pagi dan peralatan yang telah
dipakai memasak. Begitu
anaknya yang pertama
pulang, ia makan siang bersama kedua anaknya. Tiba-tiba ia teringat ini hari
terakhir membayar listrik dan
telepon.
Disuruhnya kedua anaknya
untuk tidur siang dan cepat-
cepat ia pergi ke bank terdekat untuk membayar
tagihan tersebut. Pulang dari bank ia
menyetrika baju sambil
nonton televisi. Sore harinya
ia menyiram tanaman di
halaman, kemudian
memandikan anak-anak. Setelah itu membantu mereka
belajar dan mengerjakan PR.
Jam sembilan malam ia sangat
kelelahan dan tidur terlelap.
Tentu masih ada’pekerjaan-
pekerjaan kecil lainnya’ yang harus dikerjakan. Dua hari menjalani peran
sebagai istri ia tak tahan lagi.
Sekali lagi ia berdoa, “Ya
Tuhan, ampuni aku. Ternyata
aku salah. Aku tak kuat lagi
menjalani peran sebagai istri. Tolong kembalikan aku
menjadi suami lagi.” Tuhan menjawab: “Bisa saja. Tapi kamu harus
menunggu sembilan bulan,
karena saat ini kamu sedang
hamil.”

0 komentar:

Post a Comment