Pages

1 August 2012

Ada tetesan setelah tetesan terakhir

Pasar malam dibuka di
sebuah kota . Penduduk
menyambutnya dengan
gembira. Berbagai macam
permainan, stand makanan

dan pertunjukan diadakan. Salah satu yang paling
istimewa adalah atraksi
manusia kuat. Begitu
banyak orang setiap malam
menyaksikan unjuk
kekuatan otot manusia kuat ini. Manusia kuat ini mampu
melengkungkan baja tebal
hanya dengan tangan
telanjang. Tinjunya dapat
menghancurkan batu bata
tebal hingga berkeping- keping. Ia mengalahkan
semua pria di kota itu dalam
lomba panco. Namun setiap
kali menutup
pertunjukkannya ia hanya
memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia
memeras jeruk tersebut
hingga ke tetes terakhir.
‘Hingga tetes terakhir’,
pikirnya. Manusia kuat lalu menantang
para penonton : “Hadiah
yang besar kami sediakan
kepada barang siapa yang
bisa memeras hingga keluar
satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini!” Kemudian naiklah seorang
lelaki, seorang yang atletis,
ke atas panggung.
Tangannya kekar. Ia
memeras dan memeras… dan
menekan sisa jeruk… tapi tak setetespun air jeruk
keluar. Sepertinya seluruh isi
jeruk itu sudah terperas
habis. Ia gagal. Beberapa pria
kuat lainnya turut mencoba,
tapi tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-
senyum sambil berkata :
“Aku berikan satu
kesempatan terakhir, siapa
yang mau mencoba?” Seorang wanita kurus
setengah baya
mengacungkan tangan dan
meminta agar ia boleh
mencoba. “Tentu saja boleh
nyonya. Mari naik ke panggung.” Walau dibayangi
kegelian di hatinya, manusia
kuat itu membimbing
wanita itu naik ke atas
pentas. Beberapa orang
tergelak-gelak mengolok- olok wanita itu. Pria kuat
lainnya saja gagal
meneteskan setetes air dari
potongan jeruk itu apalagi
ibu kurus tua ini. Itulah yang
ada di pikiran penonton. Wanita itu lalu mengambil
jeruk dan
menggenggamnya. Semakin
banyak penonton yang
menertawakannya. Lalu
wanita itu mencoba memegang sisa jeruk itu
dengan penuh konsentrasi.
Ia memegang sebelah
pinggirnya, mengarahkan
ampas jeruk ke arah tengah,
demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang lain.
Ia terus menekan serta
memijit jeruk itu, hingga
akhirnya memeras… dan
“ting!” setetes air jeruk
muncul terperas dan jatuh di atas meja panggung.
Penonton terdiam
terperangah. Lalu cemoohan
segera berubah menjadi
tepuk tangan riuh. Manusia kuat lalu memeluk
wanita kurus itu, katanya,
“Nyonya, aku sudah
melakukan pertunjukkan
semacam ini ratusan kali.
Dan, banyak orang pernah mencobanya agar bisa
membawa pulang hadiah
uang yang aku tawarkan,
tapi mereka semua gagal.
Hanya Anda satu-satunya
yang berhasil memenangkan hadiah itu. Boleh aku tahu,
bagaimana Anda bisa
melakukan hal itu?” “Begini,” jawab wanita itu,
“Aku adalah seorang janda
yang ditinggal mati
suamiku. Aku harus bekerja
keras untuk mencari nafkah
bagi hidup kelima anakku. Jika engkau memiliki
tanggungan beban seperti
itu, engkau akan
mengetahui bahwa selalu
ada tetesan air walau itu di
padang gurun sekalipun. Engkau juga akan
mengetahui jalan untuk
menemukan tetesan itu. Jika
hanya memeras setetes air
jeruk dari ampas yang
engkau buat, bukanlah hal yang sulit bagiku”. Selalu ada tetesan setelah
tetesan terakhir. Aku telah
ratusan kali mengalami jalan
buntu untuk semua masalah
serta kebutuhan yang
keluargaku perlukan. Namun hingga saat ini aku
selalu menerima tetes berkat
untuk hidup keluargaku.
Aku percaya Tuhanku hidup
dan aku percaya tetesan
berkat-Nya tidak pernah kering, walau mata
jasmaniku melihat
semuanya telah kering. Aku
punya alasan untuk
menerima jalan keluar dari
masalahku. Saat aku mencari, aku menerimanya
karena ada pribadi yang
mengasihiku. “Bila Anda memiliki alasan
yang cukup kuat, Anda
akan menemukan jalannya”,
demikian kata seorang bijak.
Seringkali kita tak kuat
melakukan sesuatu karena tak memiliki alasan yang
cukup kuat untuk menerima
hal tersebut.

0 komentar:

Post a Comment