Suatu hari saya
kedatangan seorang wanita cantik dan seksi, Tina namanya.
Tina: Assalaamu’alaikum!
Saya: Alaikum
salam, monggo pinarak, ada perlu apa yah Mba?
Tina: Maaf Pak,
saya Tina, saya mau minta tolong, tiap malam saya ini “jualan”, bagaimana agar
jualan saya laris?
Saya: Maaf Mbak,
Sampean salah alamat, saya ini bukan paranormal.
Dengan berbagai
cara saya lakukan biar Tina cepat pulang, tapi tetap kekeh duduk di kursi.
Lama-lama saya kasihan juga.
Saya: Begini aja
Mbak, kalau Sampean ingin rizki barokah jangan tinggalkan shalat bagaimanapun
keadaanmu!
Tina: Maaf Pak,
saya ini pelacur, apakah shalat saya diterima Allah?
Saya: Jangan mikir
diterima atau tidak, yang penting laksanakan dulu.
Tina: Iya Pak, akan
saya laksanakan, tapi saya tidak punya rukuh atau mukena.
Akhirnya istri saya
memberi rukuh pada si Tina.
Tiga tahun telah
berlalu, datanglah Tina bersama seorang laki-laki sambil menangis berlari
memeluk istri saya (untung bukan saya yang dipeluk).
Saya: Monggo
pinarak. Ada apa kok nangis begini, Sampean siapanya Tina, Mas?
Laki-laki itu
menjawab: Saya Dedi Gus, suami Tina.
Saya: Subhanallaah…
Bagaimana ceritanya Mas, kok Sampean bisa nikah sama Tina?
Akhirnya Dedi
bercerita. Begini Gus, saya seorang kontraktor. Suatu malam saya booking si
Tina, saya bawa Tina ke sebuah hotel. Sampai hotel jam 9 malam. Setelah
bercerita-cerita, akhirnya saya sama Tina masuklah ke kamar hotel, tanpa
basa-basi saya ciumi Tina, saya buka bajunya. Tatkala itulah Tina berbisik di telinga
saya, “Maaf Mas, saya belum shalat Isya, saya tak shalat dulu ya Mas.” Akhirnya
saya marah sekali. Ngapain kamu shalat? Tetapi dengan lembut si Tina ngomong
sama saya, berilah kesempatan 10 menit saja untuk shalat, waktu kita masih
banyak, sekiranya tidak cukup, saya beri bonus besok semalam, asal saya diberi
kesempatan shalat. Akhirnya, saya izinkan si Tina untuk shalat. Dia membuka
tasnya. Ternyata betul tasnya berisi rukuh atau mukena. Lantas Tina ke kamar
mandi berwudhu, lantas Tina shalat. Saya lihat Tina shalat, saya dengarkan Tina
berdoa sambil menangis, tanpa terasa saya pun ikut menangis. Di saat itulah
saya tersadar dan berniat untuk bertaubat. Akhirnya Tina saya antar pulang ke
rumahnya. Saat itu juga saya lamar ke orang tuanya untuk saya jadikan istri
saya.
Saya: Alhamdulillahi
rabbil ‘aalamin, terus ada apa Sampean kemari?
Dedi: Begini Gus,
kami sudah menikah 3 tahun yang lalu, Alhamdulillah sudah dikaruniai
seorang anak laki-laki. Sekarang kami mau minta doa restu kepada Gus untuk
menunaikan ibadah haji.
Saya: Allaahu
Akbar walillaahil hamd!
Tanpa terasa air
mataku menitik haru sambil seraya mengangkat tangan: “Rabbanaa hablanaa min
azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa qurrota a’yunin waj ‘alnaa lil muttaqiina
imaama.”
Kisah nyata ini
sudah mendapat persetujuan langsung dari yang bersangkutan. Ternyata hidayah
tidak mengenal siapa dia, tempat, dan waktu. Semoga bisa menjadi pelajaran bagi
kita. Amin.
2 komentar:
kisah yang unik........
Ya Allah.... Ampunilah dosa dosa hambamu yang hina ini...
Post a Comment