Pages

30 September 2012

Hitung-hitungan Sama Janji Allah

Jadi tukang parkir adalah salah satu dari sekian cara yang dilakukan Awwam untuk menghidupi dirinya. Berkat koneksi dengan salah satu teman yang aktif di ormas, akhirnya Awwam bisa "membeli" sebuah lokasi parkir yang diisi oleh para pedagang lesehan pecel lele.

Kembali, kehidupan jalanan lagi-lagi membentuk kepribadian Awwam. Kesibukan dan ambisinya untuk mencapai sesuatu semakin membuat Awwam terlihat semakin buruk dimata orang-orang sekitarnya. Menjadi tukang parkir masih dipandang sebelah mata oleh orang-orang sekitar, apalagi status Awwam pada waktu itu masih sebagai mahasiswa aktif.


Hingga pada suatu ketika ada salah seorang sahabat satu kampus Awwam yang sedikit protes dengan kesibukan Awwam ini yang dianggapnya mencoreng nama baik organisasi kampus yang kebetulan Awwam adalah salah satu pengurus disana.

"Wam, tidakkah kamu berpikir bahwa tindakanmu menjadi tukang parkir dan akrab dengan kehidupan malam ini sangat bertentangan dengan agama dan khususnya organisasi kita. Saya kaget mendengar ini dari para junior. Bahkan tahun ini kita kekurangan anggota karena pamor kepengurusan organisasi menurun" Terang sahabat Awwam ini.

Awwam menjawab, "Lalu apakah menurut sobat ada perintah Agama dan ketentuan organisasi yang saya langgar karena saya menjadi tukang parkir?"

Karena sahabat Awwam satu ini adalah juga seorang marbot masjid kampus, sudah dipastikan argumen seperti apa yang bakal keluar dari mulutnya

"Tidak sich, tapi coba kamu pikirkan. Seandainya semua kita sebagai pengurus organisasi beraktifitas hanya dilingkungan masjid, maka tidak hanya pahala yang berlipat yang bisa kita dapatkan tapi juga pamor dan simpati jama'ah atas diri dan organisasi kita" Jawab sahabatnya itu.

Mendengar jawaban seperti itu, bukannya membuat Awwam paham dan memaklumi maksud temannya, malah semakin membuat Awwam tertawa sambil berkata, "Istighfar Sob, sempat-sempatnya ente menghitung pahalanya Allah dikehidupan kita yang semangkit sempit ini...haha....
"Lho, apanya yang salah? Bukankah Allah sudah menjanjikan pahala yang berlipat bagi setiap hambah-Nya yang menegakkan dan mengharumkan Agama Allah" Sambung temannya dengan nada yang agak naik.
"Tidak ada yang salah dengan pendapat ente Sob. Hanya saja jika dikasih pilihan antara menghitung pahalanya Allah yang berlipat-lipat itu dan menghitung receh hasil parkiran ini, maka saya lebih memilih menghitung recehan" Jawab Awwam sambil menepuk-nepuk tas pinggangnya yang penuh receh.

"Allah itu maha fair, maha menepati janji-Nya. Gak kayak kita kalo gak diitung-itung bakal korupsi. Lagipula, kalaupun mau menghitung, maka hitunglah seberapa ke-khilafan yang kita perbuat di hidup yang sempit ini. Dan ke-khilafan terbesar saya saat ini adalah kurang setoran duit parkir" Terang awwam sambil berlalu karena ada mobil yang mau keluar, meninggalkan temannya yang masih bengong gak jelas.

Wah..parah bener lo Wam..!

0 komentar:

Post a Comment