Pages

30 April 2013

Takdir ada ditangan kita?


Di sebuah desa, ada seorang
tua yang sangat dikenal.
Namanya disebut-sebut
sebagai seorang yang sangat
bijaksana, tempat banyak
orang bertanya tentang hal apa saja. Petuah dan nasihat si
orang tua tersebut juga
dianggap selalu tepat,


sehingga ia sangat dihormati
dan disegani. Suatu ketika, ada dua orang
pemuda yang penasaran
dengan kebijaksanaan orang
tua tersebut. Sebab, mereka
mendengar bahwa petuah dan
wejangan si orang tua selalu manjur untuk mengatasi
berbagai macam persoalan
hidup. Mereka saling adu
argumentasi tentang benar
tidaknya berita tersebut.
Maka, mereka pun ingin membuktikan kehebatan
orang tua, apakah sesuai
dengan yang dibicarakan
orang atau tidak. Hingga, pada sebuah sore yang
cerah, mereka mendatangi
orang tua bijak tersebut di
kediamannya. Salah satu
pemuda nampak membawa
sesuatu yang sepertinya disembunyikan di tangannya.
Ia menggenggam benda
tersebut erat-erat, dan
menaruhnya di belakang
badannya, seolah tidak ingin
memperlihatkannya pada orang tua tersebut. "Wahai Paman. Bolehkan aku
bertanya?"
Si orang tua yang saat itu
sedang bersantai kemudian
menjawab, "Apa yang bisa
kubantu?" "Kami yang muda ini ingin
belajar mengetahui banyak
hal sebagai bekal hidup nanti.
Sayang, sampai saat ini kami
belum menemui guru yang
kami anggap tepat yang bisa memuaskan dahaga
pengetahuan kami. Nah, kami
mendengar Paman adalah
orang paling bijaksana di desa
ini," tutur salah satu pemuda.
"Karena itu, kami ingin bertanya kepada Paman." Si orang tua hanya tersenyum
mendengar ungkapan pemuda
tadi. "Aku hanya orang biasa.
Aku tak bisa mengajarkan
apa-apa kepadamu Anak
muda," jawab si orang tua merendah. "Aku hanya
mencoba menjawab sebisa
mungkin pertanyaan-
pertanyaan yang sering
diajukan orang kepadaku." Mendengar jawaban tersebut,
maka pemuda yang dari tadi
menyembunyikan sesuatu di
tangannya segera bertanya,
"Kalau Paman memang bisa
menjawab semua pertanyaan, cobalah jawab pertanyaanku
ini. Aku sedang membawa
burung kecil di genggamanku.
Apakah burung di tanganku
ini dalam keadaan mati atau
hidup, wahai Paman?" Sejenak, si orang tua menatap
wajah pemuda itu dalam-
dalam. Sembari tetap menebar
senyum, ia pun lantas
menjawab, "Anak muda, mati
atau hidup burung itu ada di tanganmu. Kalau aku katakan
burung itu hidup, dengan
mudah kau pencet burung itu
hingga mati. Tapi, kalau aku
katakan burung itu mati,
dengan mudah pula kamu melepaskannya untuk hidup
bebas ke angkasa. Sama juga
dengan kehidupan. Semua
sebenarnya ada dalam
genggaman tangan kita
sendiri. Melalui tangan kita sendirilah nasib ini
ditentukan." Mendengar jawaban penuh
makna tersebut, si pemuda
langsung melepaskan burung
yang sedari tadi dalam
genggamannya. Ia dan
temannya segera meminta maaf pada si orang tua karena
lancang telah mencoba
mengujinya. Mereka juga
meminta agar bisa belajar
lebih banyak tentang ilmu
kehidupan pada si orang tua bijak. RENUNGAN:
Ada sebuah ajaran yang
menyebutkan bahwa Tuhan
tidak akan mengubah nasib
suatu kaum, sebelum kaum
itu sendiri yang mengubahnya. Ini adalah
sebuah ajaran sangat mulia
yang menjadi cerminan
bahwa sebenarnya kita
sendirilah yang menentukan
nasib. Apakah baik atau buruk, senang atau susah,
gembira atau sedih, semua itu
bergantung pada bagaimana
kita menyikapi hidup dan
kehidupan. Seperti filosofi yang terus
saya sebutkan, "Success is my
right!" Sukses adalah hak
setiap orang dan hak siapa
saja yang menyadari,
menginginkan, dan memperjuangkan dengan
sepenuh hati. Unsur
menyadari, menginginkan,
dan memperjuangkan inilah
sebenarnya yang menentukan
nasib kita sendiri. Dengan sebuah kesadaran penuh
tentang arti kesuksesan, serta
dengan menjadikannya
sebagai sebuah keinginan atau
target besar yang menantang,
kemudian memperjuangkan sepenuh hati, maka
kesuksesan pasti akan kita
raih. Oleh karena itu, kita
sebenarnya mempunyai nasib
atau takdir laksana sang
burung dalam genggaman.
Hanya dengan tangan
sendirilah kita bisa menentukan apa saja yang
dapat kita raih. Melalui
kekuatan diri sendiri pulalah
kita bisa mewujudkan semua
impian. Maka, mari kita perkaya
mental dengan terus berjuang
tanpa henti untuk
menentukan nasib sendiri!
Kita lepaskan belenggu
keinginan bergantung pada orang lain, dan menggantinya
dengan tekad dan keyakinan
diri sendiri, guna meraih
sukses seperti yang kita
dambakan.

0 komentar:

Post a Comment