Pages

30 April 2013

Diam disaat yang tepat


Dikisahkan bahwa ada
seorang lelaki miskin yang
mencari nafkahnya hanya
dengan mengumpulkan kayu
bakar lalu menjualnya di
pasar.

Hasil yang ia dapatkan hanya cukup untuk makan.
Bahkan, kadang-kadang tak
mencukupi kebutuhannya.
Tetapi, ia terkenal sebagai
orang yang sabar. Pada suatu hari, seperti
biasanya dia pergi ke hutan
untuk mengumpulkan kayu
bakar. Setelah cukup lama dia
berhasil mengumpulkan
sepikul besar kayu bakar. Ia lalu memikulnya di
pundaknya sambil berjalan
menuju pasar. Setibanya di
pasar ternyata orang-orang
sangat ramai dan agak
berdesakan. Karena khawatir orang-orang akan terkena
ujung kayu yang agak
runcing, ia lalu berteriak,
"Minggir... minggir! kayu
bakar mau lewat!." Orang-orang pada minggir
memberinya jalan dan agar
mereka tidak terkena ujung
kayu. Sementara, ia terus
berteriak mengingatkan
orang. Tiba-tiba lewat seorang bangsawan kaya raya di
hadapannya tanpa
mempedulikan
peringatannya. Kontan saja ia
kaget sehingga tak sempat
menghindarinya.Akibatnya, ujung kayu bakarnya itu
tersangkut di baju bangsawan
itu dan merobeknya.
Bangsawan itu langsung
marah-marah kepadanya, dan
tak menghiraukan keadaan si penjual kayu bakar itu. Tak
puas dengan itu, ia kemudian
menyeret lelaki itu ke
hadapan hakim. Ia ingin
menuntut ganti rugi atas
kerusakan bajunya. Sesampainya di hadapan
hakim, orang kaya itu lalu
menceritakan kejadiannya
serta maksud kedatangannya
menghadap dengan si lelaki
itu. Hakim itu lalu berkata, "Mungkin ia tidak sengaja."
Bangsawan itu membantah.
Sementara si lelaki itu diam
saja seribu bahasa. Setelah
mengajukan beberapa
kemungkinan yang selalu dibantah oleh bangsawan itu,
akhirnya hakim mengajukan
pertanyaan kepada lelaki
tukang kayu bakar itu.
Namun, setiap kali hakim itu
bertanya, ia tak menjawab sama sekali, ia tetap diam.
Setelah beberapa pertanyaan
yang tak dijawab berlalu,
sang hakim akhirnya berkata
pada bangsawan itu,
"Mungkin orang ini bisu, sehingga dia tidak bisa
memperingatkanmu ketika di
pasar tadi." Bangsawan itu agak geram
mendengar perkataan hakim
itu. Ia lalu berkata,"Tidak
mungkin! Ia tidak bisu wahai
hakim. Aku mendengarnya
berteriak dipasar tadi. Tidak mungkin sekarang ia bisu!"
dengan nada sedikit
emosi."Pokoknya saya tetap
minta ganti," lanjutnya. Dengan tenang sambil
tersenyum, sang hakim
berkata, "Kalau engkau
mendengar teriakannya,
mengapa engkau tidak
minggir?" Jika ia sudah memperingatkan, berarti ia
tidak bersalah. Anda yang
kurang memperdulikan
peringatannya." Mendengar keputusan hakim
itu, bangsawan itu hanya bisa
diam dan bingung. Ia baru
menyadari ucapannya
ternyata menjadi bumerang
baginya. Akhirnya ia pun pergi. Dan, lelaki tukang kayu
bakar itu pun pergi. Ia selamat
dari tuduhan dan tuntutan
bangsawan itu dengan hanya
diam.

0 komentar:

Post a Comment