Pages

30 April 2013

Potonglah talinya


Seorang pendaki gunung nan
gagah berani mendaki
sendirian puncak yang sangat
tinggi. Di tengah
pendakiannya tiba-tiba kabut
tebal menutupi jarak pandangnya, dia terperosok
ke jurang sempit yang gelap
gulita.

Setelah sempat
pingsang, dia tersadar sedang
bergantung pada tali yang
mengikat pinggangnya. Hal pertama yang dia ingat adalah
untuk memohon pertolongan
kepadaNya. Dengan badan yang masih
lemah entah berapa lama
pingsan, dia berdo’a lirih “…ya
Rabb-ku, tolonglah aku…”
kemudian dia tertidur lagi
dengan lunglai, tetapi dalam mimpinya Yang Maha
Penolong ‘berkata’ dengan
penuh kasih sayang
kepadanya : “…apakah
engkau yakin Aku bisa
menolongmu…?”. Si pendaki gunung langsung
terbangun dan menjawab : “…
Ya Rabb, aku yakin
Engkaulah yang bisa
menolongku…”, kemudian
setelah beberapa lama menunggu pertolongan belum
datang, dia tertidur lemah
lagi. Dalam mimpinya Yang
Maha Penolong datang lagi
dan berkata : “kalau begitu,
potonglah talimu…!”. Sang pendaki langsung
terbangun dan berkata : “…
potong tali…?” sambil seolah
mempertanyakan petunjuk
dalam mimpinya. Dia melihat
kanan-kiri, atas dan bawah – semuanya gelap, dia tidak bisa
melihat apa-apa. Dia bingung
dan lelah, kemudian tertidur
lagi. Dalam tidurnya dia mimpi lagi
hal yang sama : “…potonglah
talimu…!”, lagi-lagi dia
terbangun dan bertanya
kembali : “…masak potong
tali sih…?” dia melihat sekitarnya tetap gelap dan dia
tetap tidak melihat apa-apa.
Dia tertidur lagi dan sekali lagi
pula dia bermimpi hal yang
sama, kali ini dengan nada
perintah yang lebih jelas dan lebih keras : “…POTONG
TALIMU…!!!”. Sang pendaki-pun tersentak
kaget dan terbangun, tetapi
dilihatnya kanan-kiri, atas-
bawah tetap gelap dan dia
tidak melihat apa-apa. Dalam
kegalauan dan kelelahan yang luar biasa dia tertidur lagi
untuk selamanya dan tidak
terbangun lagi (mati !). Setelah pencarian beberapa
hari tim SAR akhirnya
menemukan mayat sang
pendaki gunung ini, terikat
dipinggangnya – dengan kaki
menggantung hanya beberapa sentimeter dari
tanah !. Lelaki sang pendaki gunung
ini adalah kebanyakan
manusia yang merasa perkasa
dengan kemampuannya –
merasa bisa sendirian
mengarungi perjalanan hidupnya, merasa cerdas
dengan akalnya sehingga
selalu men-challenge
petunjukNya, dan merasa
paling kuat dengan imannya
sehingga tidak merasa perlu untuk selalu memperbaiki
keimanannya. Bila ditanya siapa yang
memberi rezeki, dia akan
langsung menjawab bahwa
Allah-lah sang pemberi rezeki
itu – tetapi dia tidak berani
meninggalkan pekerjaannya yang bergelimang dengan
riba, maisir, gharar, korupsi,
nepotisme dan sejenisnya. Dalam skala negeri yang lagi
kacau-pun demikian, yang
diharapkan menjadi
pemimpin malah saling
menelanjangi aib masing-
masing, lalu masing-masing- pun berdo’a agar hukum
ditegakkan dan keadilan yang
akan menang. Masing-masing
merasa benar, masing-masing
merasa saling terdhalimi – lalu
mereka berdo’a dengan harapan keadilan akan
datang, mereka merasa
berhak atas do’a yang pasti
dikabulkan karena merasa
dirinya adalah orang-orang
yang terdhalimi. Tetapi ironinya keadilan ini
adalah versi mereka sendiri-
sendiri, versi undang-undang
yang dibuat oleh tangan-
tangan mereka sendiri.
Ironinya adalah mereka pada dihukum dengan hukum
yang dibuat oleh mereka
sendiri. Mereka berada dalam
kegelapan hukum kanan-kiri,
atas-bawah, mereka mencari
dan memohon keadilan.
Namun ketika keadilan itu
datang dalam bentuk petunjukNya yang sangat
jelas, mereka tidak hiraukan
petunjuk itu – mereka
challenge petunjuk itu seolah
akal merekalah yang lebih
unggul. Mereka terus mencari keadilan dalam gelap, terus
pula Sang Maha Pengasih dan
Penyayang memberi
petunjukNya yang semakin-
jelas dan semakin jelas, tetapi
lagi-lagi petunjuk itu terus tidak dihiraukan. Maka agar kita selamat dari
dampak fitnahnya, ketika
pertolongan itu datang
kepada kita dengan pesan
yang loud and clear : “…
POTONGLAH TALIMU…!!!”, tali yang mengikat kita dengan
riba, dengan kedhaliman,
dengan lingkungan politik
yang korup, dengan
kepitalisme yang merampas
hak – maka potonglah tali itu - tali apapun yang menjadi
tempat kita bergantung
kepada selain Allah -
potonglah dan ikutilah
petunjukNya, karena
sesungguhnya pertolonganNya itu benar
adanya dan bumi Allah itu
dekat di bawah kaki kita
kemanapun kita berjalan.
InsyaAllah.

0 komentar:

Post a Comment