Pages

25 July 2013

Sebuah nama

Kamu adalah sebuah nama. Aku pikir tidak etis menulis namamu disini. Karena aku hanya sesekali memanggil namamu. Dan kamu, tak sekalipun memanggilku dengan menyebut namaku.
Kamu ada di mana-mana, di hari-hariku.
Seperti sebuah rasa. Rasa yang membuat malam-malamku terjaga begitu hangat. Seluruh ruang-ruang di hidupku penuh terisi ingatan tentangmu. Hingga seperti tunas sulur yang membaca arah matahari, demikian aku membaca perasaan di dadaku dengan hati-hati. Aku pikir, aku hampir tersesat dalam rasa dan memaksaku bertanya diam-diam. Dalam hati , apakah aku harus membiarkan diriku jatuh cinta? Begitu cepatnya. Begitu sederhananya. Hingga aku serasa bermimpi dan terbangun di surga.
Aku mengernalmu dalam suara. Kata yang hiruk piruk dalam sebuah gelisah. Hingga membuat mataku diam dalam sia juga. Meski berulang kali aku menyapa rupa. Kamu tetaplah sebuah bayang yang maya. Kamu membuatku menghadap Tuhan. Menyebrangi angin, lalu mempertanyakan harapan. Hingga ketika aku terjaga dalam pagi , aku menemukanmu di antara sebuah senyuman. Tetapi kamu tetaplah abstrak dalam sebuah perasaan.
Kamu adalah sebuah nama. Katamu, kamu belum pernah jatuh cinta. Aku ingat ,kamu berbicara sedikit tentang itu.
Aku belum pernah jatuh cinta. Belum ada seorangpun yang membuatku jatuh cinta. Seingatku ,aku nggak melakukan sesuatu apapun untuk membuatku nggak jatuh cinta. Aku pikir cinta hanya belum memilih untuk hinggap di hatiku.
Di malam yang lain kamu bilang, “ Aku nggak tahu bagaimana rasanya jatuh cinta.”
Aku mendengarmu berbicara tentang apa saja, kecuali tentang patah hati. Aku mulai bisa memakluminya. Itu karena kamu belum pernah jatuh cinta, bukan ?
“ Aku hanya tau aku baik-baik saja tanpa jatuh cinta”, katamu kemudian.
Mengangguk aku dalam gaung yang renta. Kamu tak melihatku. Aku pun tak bisa menyentuhmu. Tapi seperti sebuah pikiran yang mengembara sendirian , kamu dan aku bertasbhi di titik yang serupa.
Cintamu masih seperti hari yang hilang. Menelisik waktu untuk menjemputnya pulang. Aku tau, kamu memiliki cinta. Sebagaimana sebuah rasa yang menunggu dalam doa yang nyaris sia. Tapi, jika saatnya tiba, aku tau kamu akan menyerahkan totalitas untuk sebuah cinta yang aku sendiri bahkan tak akan mengerti kenapa kamu menyerahkannya. Ku rasa sebagai tanda kesejatiaanmukah? Supaya kamu lebur didalamnya
Dan cintamu seperti hari yang hilang. Bila berbicara tentang cinta kamu seperti sedang berkembara sendiri. Berjuang di bawah kegelapan malam dan mengubah puisi dari prosa kehidupan.
Katamu, semua tentangku adalah aneh. Aku datang dengan semua yang serba menyebalkan. Aku pribadi yang sangat kompleks. Aku sebuah paket lengkap. Aku datang dengan semua perasaan dan emosiku. Hingga membuatmu selalu berpikir apakah kelahiranku sebuah masalah? Tapi aku membiarkanmu bersebrangan denganku. Tanpa penjelasan.
Aku pikir aku adalah aku dengan cinta yang aku. Dengan rasa yang aku. Bukankah kamu mencintaiku karena aku adalah rasa yang cinta?
Aku bertanya dimana-mana, diingatan-ingatanku. Seperti sebuah lelakon- lelakon yang merangsek saling membakar. Sesuatu yang menjalar , yang membuat sendi-sendiku ngilu begitu liar. Seluruh ruang-ruang di tubuhku penuh terisi luka tentangmu. Hingga seperti hujan deras yang membekukan demikian aku menulis perasaan di dadaku dengan sesengguyukan. Aku piir aku tersesat dalam rasa dan memaksaku bertanya dalam diam. Apakah kamu datang hanya untuk mematahkan hatiku? Begitu cepatnya. Begitu sederhananya. Hingga aku serasa berteriak di gurun.
Kamu, seperti sebuah nama adalah cerita cinta yang luka. Seperti arkha yang berlari-lari menujuku. Dan mengais di dadaku. Kemudian aku mengais-ngais ingatan atasmu yang bererakan pada malam yang tidak bias tidur. Arghh… aku tau kamu adalah laki-laki yang tak mengenal kata pulang. Dan tak mampu mengeja kata rindu. Kamu adalah laki-laki yang tak lagi sama seperti yang aku cinta.
Lihatlah dalam diam yang renta aku akhirnya mengais seperti arkha yang berlari-lari menujuku dan mengais-ngais di dadaku.
Kamu adalah sebuah nama. Kamu ada di mana-mana. Di setiap ingatanku. Tapi seperti simpang lima saat senja. Bagiku kamu cerita cinta yang tak lagi bercerita.

0 komentar:

Post a Comment