Pages

30 May 2015

Pelajaran untuk Murid yang Sombong


Hasil gambar untuk Pelajaran untuk Murid yang SombongAlkisah, ada seorang pemanah yang sangat hebat. Ia dikagumi oleh banyak orang karena setiap kali memanah, tak ada satu pun yang tak bisa kena oleh panahnya. Karena keahliannya itu, ia diangkat menjadi guru memanah bagi prajurit istana.

Di antara murid-muridnya, ada satu murid yang juga sangat pandai. Setiap pelajaran dari sang guru, selalu berhasil diserapnya dengan cepat. Karena itu, ia pun menjadi murid yang paling menonjol di antara murid lainnya. Hal itu membuatnya jadi angkuh. Hampir setiap saat, ia selalu menantang teman-temannya untuk bertanding memanah. Dan, setiap kali pula, ia selalu berhasil menjadi pemenang. Karena itu, ia pun makin sombong.


Melihat hal itu, sang guru pun merasa harus melakukan sesuatu. Ia tak ingin, apa yang diajarkannya disalahgunakan oleh muridnya.

Maka, suatu pagi, ia mengajak muridnya itu berjalan-jalan. Sang murid merasa, ia akan mendapatkan pelajaran yang mahapenting dari gurunya. Karena, ia diajak seorang diri. Ia pun makin bersombong diri.

“Apakah Guru akan mengajarkan ilmu memanah paling hebat padaku?” tanyanya pada sang guru.
“Aku akan memberikan pelajaran terpenting, karena itu, bawalah busur terbaik dan panah terbaik milikmu,” jawab sang guru.

Setelah siap semuanya, mereka pun lantas pergi ke hutan. Guru dan murid itu berhenti di sebuah tanah lapang di pinggiran hutan. Saat itu, sang guru kemudian memetik sebuah bunga dan dikaitkan potongan rantingnya pada sebuah pohon.

Ia lantas meminta muridnya untuk mundur beberapa meter jauhnya. Setelah itu, ia berkata. “Wahai muridku, kamu lihat bunga yang aku kaitkan pada batang pohon tadi? Cobalah keluarkan busur dan panah terbaikmu. Bidiklah bunga itu,” ucapnya.

“Ahh.. itu gampang Guru! Dari jarak lebih jauh lagi pun aku bisa mengenainya,” potongnya sombong.

Sang guru hanya tersenyum. Ia lantas mengambil sebuah sapu tangan dari balik bajunya.

“Kamu memang muridku yang paling pandai. Untuk itu, aku ingin mengujimu. Pakailah sapu tangan ini untuk menutupi matamu, dan cobalah memanah sasaran yang kamu anggap gampang tadi,” perintahnya.

Sang murid tersenyum kecut. Ia kaget dengan perintah gurunya. Bagaimana mungkin ia memanah dengan mata tertutup? Tapi, karena ia tak bisa menarik kata-katanya, ia pun hanya menuruti gurunya. Lantas, dengan mata tertutup, ia pun berusaha mengingat-ingat, di mana sasaran itu berada. Ia pun menarik kencang busurnya, dan panah pun melesat jauh.

“Ayo, buka tutup matamu sekarang dan lihat, ke mana panahmu mengarah. Kamu katakan tadi, pasti gampang mengenainya,” perintah sang guru.

Begitu membuka penutup mata, ia melihat anak panahnya melesat sangat jauh dari sasaran. Bukannya mengenai bunga di pohon, tapi justru menancap di pohon yang jauh dari sasaran. Ia pun terlihat kecewa dan malu karena sebelumnya telah menyombongkan diri.

“Kamu lihat, dengan mata tertutup, kamu tak bisa melakukan hal yang kau anggap mudah. Bahkan, panahmu yang biasanya tepat sasaran, kini melenceng jauh. Ingatlah muridku, kemampuanmu itu bukan hanya buah dari kamu rajin berlatih. Tapi, tanpa mata yang awas, jeli, dan pandangan yang tajam, kamu tak akan bisa memanah. Itulah kekuatan dan berkat dari Sang Pencipta yang diberikan kepadamu. Tanpa itu semua, kamu tak berarti apa-apa. Karena itu, syukuri apa yang telah kamu miliki. Jangan jadikan itu sebagai kesombongan,” ujar guru bijak. Sang murid pun tertunduk malu. Ia lantas berjanji, semua ilmu yang didapat akan digunakan semestinya.

***

Setiap orang pasti diciptakan dengan kelebihan masing-masing. Namun, semua kelebihan itu pasti ada batasannya. Karena itulah, kita selalu butuh orang lain untuk melengkapinya. Tak ada atlet hebat yang tak dibantu oleh pelatih dan orang-orang hebat di sekelilingnya. Tak ada pengusaha yang sukses tanpa dibantu oleh orang-orang yang mendukungnya. Tak ada pemimpin yang tangguh tanpa ditopang oleh rakyatnya.

Untuk itu, bila kita memiliki kelebihan, jadikan itu sebagai sarana untuk berbagi kebaikan. Layaknya guru, ilmunya justru akan semakin berarti saat ia berbagi ilmu. Dan, dengan kelebihan ilmu itu pula, ia akan menciptakan generasi unggul yang berarti bagi lingkungan sekitarnya. Jangan sebaliknya, menjadikan kelebihan sebagai nilai yang mendatangkan kesombongan. Sebab, keangkuhan hanya akan memicu kejatuhan.

Mari kita maksimalkan segenap potensi kita dengan makin bersyukur pada Sang Mahapencipta. Tanamkan selalu sikap rendah hati. Wujudkan syukur dengan terus berbagi kepada sesama. Dan, jadikan setiap kelebihan dan bakat yang dimiliki sebagai “ladang amal” untuk menyebarkan keberkahan bagi semua. Dengan begitu, setiap keberlimpahan yang kita miliki, akan jauh lebih bermakna.

0 komentar:

Post a Comment