
Rupanya, peristiwa itu
telah sampai pula ke telinga seorang pertapa. Sang pertapa, tergerak
hatinya untuk datang, bersama beberapa orang muridnya. Ia ingin
memberikan pelajaran tentang berbagi dan persahabatan, kepada anak
didiknya. Ia juga ingin menguji keberanian mereka, sebelum mereka dapat
lulus dari semua pelajaran yang diberikan olehnya. Pada awalnya banyak
yang takut, namun setelah di tantang, mereka semua mau untuk ikut.Di
pagi hari, berangkatlah mereka semua. Semuanya tampak beriringan,
dipandu sang pertapa yang berjalan di depan rombongan. Setelah seharian
berjalan, sampailah mereka di mulut gua, tempat sang harimau dan
serigala itu menetap. Kebetulan, sang harimau baru saja pulang dari
berburu, dan sedang memberikan sebongkah daging kepada serigala. Melihat
kejadian itu, sang pertapa bertanya bertanya kepada murid-muridnya,
“Pelajaran apa yang dapat kalian lihat dari sana..?”.Seorang murid
tampak angkat bicara, “Guru, aku melihat kekuasaan dan kebaikan Tuhan.
Tuhan pasti akan memenuhi kebutuhan setiap hamba-Nya. Karena itu, lebih
baik aku berdiam saja, karena toh Tuhan akan selalu memberikan rezekinya
kepada ku lewat berbagai cara.”Sang pertapa tampak tersenyum. Sang
murid melanjutkan ucapannya, “Lihatlah serigala itu. Tanpa bersusah
payah, dia bisa tetap hidup, dan mendapat makanan.” Selesai bicara,
murid itu kini memandang sang guru. Ia menanti jawaban darinya. “Ya,
kamu tidak salah. Kamu memang memperhatikan, tapi sesungguhnya kamu
buta. Walaupun mata lahirmu bisa melihat, tapi mata batinmu lumpuh.
Berhentilah berharap menjadi serigala, dan mulailah berlaku seperti
harimau.”
***
Adalah benar bahwa Tuhan ciptakan ikan kepada umat manusia. Adalah benar pula, Tuhan menghamparkan gandum di tanah-tanah petani. Tapi apakah Tuhan ciptakan ikan-ikan itu dalam kaleng-kaleng sardin? Atau, adakah Dia berikan kepada kita gandum-gandum itu hadir dalam bentuk seplastik roti manis? Saya percaya, ikan-ikan itu dihadirkan kepada kita lewat peluh dan kerja keras dari nelayan. Saya juga pun percaya, bahwa gandum-gandum terhidang di meja makan kita, lewat usaha dari para petani, dan kepandaian mereka mengolah alat panggang roti.
Begitulah, acapkali memang dalam kehidupan kita, ada fragmen tentang serigala yang lumpuh dan harimau yang ingin membalas budi. Memang tak salah jika disana kita akan dapat menyaksikan kebesaran dan kasih sayang dari Tuhan. Dari sana pula kita akan mendapatkan pelajaran tentang persahabatan dan kerjasama. Namun, ada satu hal kecil yang patut diingat disana, bahwa: berbagi, menolong, membantu sudah selayaknya menjadi prioritas dalam kehidupan kita. Bukan karena hal itu adalah suatu keterpaksaan, bukan pula karena di dorong rasa kasihan dan ingin membalas budi.
Berbagi dan menolong, memang sepatutnya mengalir dalam darah kita. Disana akan ditemukan nilai-nilai dan percikan cahaya Tuhan. Sebab disana, akan terpantul bahwa kebesaran Tuhan hadir dalam tindak dan perilaku yang kita lakukan. Di dalam berbagi akan bersemayan keluhuran budi, keindahan hati dan keagungan kalbu. Sahabat, jika kita bisa memilih, berhentilah berharap menjadi serigala lumpuh, dan mulailah meniru teladan harimau.
Adalah benar bahwa Tuhan ciptakan ikan kepada umat manusia. Adalah benar pula, Tuhan menghamparkan gandum di tanah-tanah petani. Tapi apakah Tuhan ciptakan ikan-ikan itu dalam kaleng-kaleng sardin? Atau, adakah Dia berikan kepada kita gandum-gandum itu hadir dalam bentuk seplastik roti manis? Saya percaya, ikan-ikan itu dihadirkan kepada kita lewat peluh dan kerja keras dari nelayan. Saya juga pun percaya, bahwa gandum-gandum terhidang di meja makan kita, lewat usaha dari para petani, dan kepandaian mereka mengolah alat panggang roti.
Begitulah, acapkali memang dalam kehidupan kita, ada fragmen tentang serigala yang lumpuh dan harimau yang ingin membalas budi. Memang tak salah jika disana kita akan dapat menyaksikan kebesaran dan kasih sayang dari Tuhan. Dari sana pula kita akan mendapatkan pelajaran tentang persahabatan dan kerjasama. Namun, ada satu hal kecil yang patut diingat disana, bahwa: berbagi, menolong, membantu sudah selayaknya menjadi prioritas dalam kehidupan kita. Bukan karena hal itu adalah suatu keterpaksaan, bukan pula karena di dorong rasa kasihan dan ingin membalas budi.
Berbagi dan menolong, memang sepatutnya mengalir dalam darah kita. Disana akan ditemukan nilai-nilai dan percikan cahaya Tuhan. Sebab disana, akan terpantul bahwa kebesaran Tuhan hadir dalam tindak dan perilaku yang kita lakukan. Di dalam berbagi akan bersemayan keluhuran budi, keindahan hati dan keagungan kalbu. Sahabat, jika kita bisa memilih, berhentilah berharap menjadi serigala lumpuh, dan mulailah meniru teladan harimau.
0 komentar:
Post a Comment