Sore
ini saya membaca artikel singkat ini dengan mata berkaca kaca, sungguh jodoh
adalah sesuatu yang tidak bisa disegerakan pun
tidak bisa ditunda jika saatnya tiba, silahkan menyimak dan siapkan tisue :)
—————————————————————— ——————————————————-
Bagi pria berusia 56 tahun,
dan perempuan berusia 46 tahun, belum menikah mungkin sesuatu yang
berat. lebih dari 30 kali berproses untuk menikah tentu bukan hal yang
menyenangkan. Tiga dekade lebih, puluhan kali proses menenun cinta,
merajut kasih. Nyaris berhasil, namun Allah memberi jalan lain. Diusia yang nyaris senja justru mereka menemukan cinta, buah dari menjaga hati selama ini
Menikah merupakan impian setiap orang. Apalagi membina rumah tangga, saling mencintai, berbagi, memadu kasih. Pernikahan adalah ibadah yang agung.
Tapi seperti yang diketahui kita bersama, semua itu perlu
diperjuangkan. Tak semua orang berkesempatan untuk menjalin ikatan suci
tersebut. Ada peran takdir di sana. Ada kisah yang ingin kami sampaikan
kepada para pembaca. Bahwa, rencana Allah sungguh indah, jika kita menjalaninya dengan ikhlas. Termasuk soal jodoh dan pernikahan.
Bermula puluhan tahun silam. Telah lama
kami menikmati hidup di dunia ini. Namun, dalam waktu lama itu pula,
Allah belum berkenan memberikan kami jodoh. Sekarang, usia kami 56 dan 46 tahun. Bagi pria berusia 56 tahun, dan perempuan berusia 46 tahun belum menikah mungkin sesuatu yang berat. Tapi pernikahan adalah takdir.
Pernikahan adalah ibadah jika kita niatkan untuk ibadah, tak ada yang
lain. Orang-orang bilang saat ini kami menikah di usia senja. Tapi itu
bukan permasalahan bagi kami. Yang penting bagaimana memaknai pernikahan
sebagai sunnah Rasulullah. Kami hanya ingin memenuhi itu sebagai
ibadah. Adapun masalah waktu, itu adalah urusan Allah. Tidak
ada kata terlambat pun dalam urusan JODOH
Walau jelas, pelbagai usaha telah kami
lakukan dengan maksimal. Bagi seorang pria, lebih dari 30 kali berproses
untuk menikah tentu bukan hal yang menyenangkan. Tiga dekade lebih,
puluhan kali proses merajut cinta, menenun kasih. Nyaris berhasil, namun Allah memberi jalan lain. Semuanya tak
sesuai yang diharapkan. Untuk berdoa siang dan malam tak perlu lagi
ditanya. Sejak tahun 1983, saat kenalan kami, pergi ke Haji, sudah
menitip doa. 30 tahun yang lalu, merupakan waktu yang tak sebentar. Berkali-kali berdoa, berharap kepada Allah.
Sujud demi sujud terlalui. Harap.
Berdoa, mengangkat tangan tak henti-hentinya. Hingga Allah memberikan
jalan saya ke Tanah Suci tahun 2003. Saya berdoa dengan sangat memelas.
Di Mekkah, Multazam, Hijr Ismail. Berharap Allah memberikan jodoh di
usia saya yang saat itu menjelang memasuki kepala lima. Sudah puluhan
kali kami berproses sesuai syariat Islam untuk menemukan Jodoh, namun
kandas di tengah jalan. Memang ada pemikiran, untuk kriteria calon, tahu
sekian menikah, target dan itu semua adalah keinginan manusiawi.
Keinginan seperti itu sah dan boleh sebagai manusia biasa. Namun seiring
berjalannya waktu, Allah memiliki takdir sendiri. Kita hanya diberi kesempatan untuk berusaha yang sesuai tuntunan yang Allah ridhai. Hasilnya? Itu adalah hak prerogatif Allah.
Perjuangan itu terus dilakukan. Mengisi
hari-hari dengan kebaikan. Justru, puluhan tahun ini diisi dengan
membantu orang tua, adik, keluarga. Tak ada keluhan, kecuali kepada
Allah. Sempat terucap dari bibir ini, “Ya Allah, kuatkan saya
menjalani takdir yang terbaik. Saya ingin menikah sesuai yang engkau
ridhai. Jika tak di dunia, semoga di Surga kelak.” Sampai tahun akhir September 2012, Allah baru menjawab doa kami. Allah memberikan saya jodoh yang baik. Seorang wanita shalihah. Di mana, kami saat ini merintis kasih. Merintis kasih di usia senja.
Tapi bagi istri saya, perempuan itu
menunggu. Menunggu dan terus memperbaiki diri. Berusaha untuk terus
memperbaiki diri. Berbakti kepada orang tua. Membantu adik, beraktifitas
yang bermanfaat, mengajar anak-anak. Bagi wanita, proses itu bukan
mencari cinta, tapi menemukan cinta. Walau penuh harap dan doa terus
terucap. Sampai akhirnya, kami dipertemukan oleh Allah. Dalam beberapa kali pertemuan yang insya Allah syar’i. Allah mempertemukan kami.
Setelah perjuangan berkali-kali menemukan cinta. Allah membuka jalan.
Dalam beberapa pertemuan besar ini, kami belajar banyak hal tentang
pengambilan keputusan.
Semuanya
berbekal keyakinan. Jika memang jodoh, Allah pasti akan memberikan
jalanNya. Allah akan tunjukkan. Saat itu, saya berniat bulat meminta
ridha orang tua istri untuk merelakan putrinya menikah dengan saya. Tapi
Allah berkehendak lebih. Tak hanya ridha, tapi orang tuanya mengatakan
juga bisa langsung khitbah dan setelah diskusi akad pun dilangsungkan
hari itu juga.
Ya Allah, jika ini keputusan Engkau dan ini yang diridhai, maka kami jalani semua itu bersama. Saat itu, ikatan suci, mitsaqan ghaliza semakin kuat terjalin. Kalimat itu terucap.
Kami memasuki gerbang baru. Rumah tangga yang saya dan istri saya
mimpi-mimpikan. Tak kuat rasanya menahan rasa ini. Mohon doanya agar
kami menjadi keluarga yang berkah, langgeng hingga surga kelak.
(Seperti disampaikan oleh Ustadz Samsoe Basarudin dan sang istri, Yayah Inayah kepada wartawan Alhikmah, M. Rizki Utama)
0 komentar:
Post a Comment