Pages

29 May 2014

Kasih diusia senja

Sore ini saya membaca artikel singkat ini dengan mata berkaca kaca, sungguh jodoh adalah sesuatu yang tidak bisa disegerakan pun tidak bisa ditunda jika saatnya tiba, silahkan menyimak dan siapkan tisue :) 
—————————————————————— :) ——————————————————-
Bagi pria berusia 56 tahun, dan perempuan berusia 46 tahun, belum menikah mungkin sesuatu yang berat. lebih dari 30 kali berproses untuk menikah tentu bukan hal yang menyenangkan. Tiga dekade lebih, puluhan kali proses menenun cinta, merajut kasih. Nyaris berhasil, namun Allah memberi jalan lain. Diusia yang nyaris senja justru mereka menemukan cinta, buah dari menjaga hati selama ini


Menikah merupakan impian setiap orang. Apalagi membina rumah tangga, saling mencintai, berbagi, memadu kasih. Pernikahan adalah ibadah yang agung. Tapi seperti yang diketahui kita bersama, semua itu perlu diperjuangkan. Tak semua orang berkesempatan untuk menjalin ikatan suci tersebut. Ada peran takdir di sana. Ada kisah yang ingin kami sampaikan kepada para pembaca. Bahwa, rencana Allah sungguh indah, jika kita menjalaninya dengan ikhlas. Termasuk soal jodoh dan pernikahan. 
Bermula puluhan tahun silam. Telah lama kami menikmati hidup di dunia ini. Namun, dalam waktu lama itu pula, Allah belum berkenan memberikan kami jodoh. Sekarang, usia kami 56 dan 46 tahun. Bagi pria berusia 56 tahun, dan perempuan berusia 46 tahun belum menikah mungkin sesuatu yang berat. Tapi pernikahan adalah takdir. Pernikahan adalah ibadah jika kita niatkan untuk ibadah, tak ada yang lain. Orang-orang bilang saat ini kami menikah di usia senja. Tapi itu bukan permasalahan bagi kami. Yang penting bagaimana memaknai pernikahan sebagai sunnah Rasulullah. Kami hanya ingin memenuhi itu sebagai ibadah. Adapun masalah waktu, itu adalah urusan Allah. Tidak ada kata terlambat pun dalam urusan JODOH :)
Walau jelas, pelbagai usaha telah kami lakukan dengan maksimal. Bagi seorang pria, lebih dari 30 kali berproses untuk menikah tentu bukan hal yang menyenangkan. Tiga dekade lebih, puluhan kali proses merajut cinta, menenun kasih. Nyaris berhasil, namun Allah memberi jalan lain. Semuanya tak sesuai yang diharapkan. Untuk berdoa siang dan malam tak perlu lagi ditanya. Sejak tahun 1983, saat kenalan kami, pergi ke Haji, sudah menitip doa. 30 tahun yang lalu, merupakan waktu yang tak sebentar. Berkali-kali berdoa, berharap kepada Allah.
Sujud demi sujud terlalui. Harap. Berdoa, mengangkat tangan tak henti-hentinya. Hingga Allah memberikan jalan saya ke Tanah Suci tahun 2003. Saya berdoa dengan sangat memelas. Di Mekkah, Multazam, Hijr Ismail. Berharap Allah memberikan jodoh di usia saya yang saat itu menjelang memasuki kepala lima. Sudah puluhan kali kami berproses sesuai syariat Islam untuk menemukan Jodoh, namun kandas di tengah jalan. Memang ada pemikiran, untuk kriteria calon, tahu sekian menikah, target dan itu semua adalah keinginan manusiawi. Keinginan seperti itu sah dan boleh sebagai manusia biasa. Namun seiring berjalannya waktu, Allah memiliki takdir sendiri. Kita hanya diberi kesempatan untuk berusaha yang sesuai tuntunan yang Allah ridhai. Hasilnya? Itu adalah hak prerogatif Allah.
Perjuangan itu terus dilakukan. Mengisi hari-hari dengan kebaikan. Justru, puluhan tahun ini diisi dengan membantu orang tua, adik, keluarga. Tak ada keluhan, kecuali kepada Allah. Sempat terucap dari bibir ini, “Ya Allah, kuatkan saya menjalani takdir yang terbaik. Saya ingin menikah sesuai yang engkau ridhai. Jika tak di dunia, semoga di Surga kelak.”  Sampai tahun akhir September 2012, Allah baru menjawab doa kami. Allah memberikan saya jodoh yang baik. Seorang wanita shalihah. Di mana, kami saat ini merintis kasih. Merintis kasih di usia senja.
Tapi bagi istri saya, perempuan itu menunggu. Menunggu dan terus memperbaiki diri. Berusaha untuk terus memperbaiki diri. Berbakti kepada orang tua. Membantu adik, beraktifitas yang bermanfaat, mengajar anak-anak. Bagi wanita, proses itu bukan mencari cinta, tapi menemukan cinta. Walau penuh harap dan doa terus terucap.  Sampai akhirnya, kami dipertemukan oleh Allah. Dalam beberapa kali pertemuan yang insya Allah syar’i. Allah mempertemukan kami. Setelah perjuangan berkali-kali menemukan cinta. Allah membuka jalan. Dalam beberapa pertemuan besar ini, kami belajar banyak hal tentang pengambilan keputusan.
Semuanya berbekal keyakinan. Jika memang jodoh, Allah pasti akan memberikan jalanNya. Allah akan tunjukkan. Saat itu, saya berniat bulat meminta ridha orang tua istri untuk merelakan putrinya menikah dengan saya. Tapi Allah berkehendak lebih. Tak hanya ridha, tapi orang tuanya mengatakan juga bisa langsung khitbah dan setelah diskusi akad pun dilangsungkan hari itu juga.
          Ya Allah, jika ini keputusan Engkau dan ini yang diridhai, maka kami jalani semua itu bersama. Saat itu, ikatan suci, mitsaqan ghaliza semakin kuat terjalin. Kalimat itu terucap. Kami memasuki gerbang baru. Rumah tangga yang saya dan istri saya mimpi-mimpikan. Tak kuat rasanya menahan rasa ini. Mohon doanya agar kami menjadi keluarga yang berkah, langgeng hingga surga kelak.
(Seperti disampaikan oleh Ustadz Samsoe Basarudin dan sang istri, Yayah Inayah kepada wartawan Alhikmah, M. Rizki Utama)

0 komentar:

Post a Comment