Pages

28 February 2014

Gelap.....


Bulan

Beberapa hari yang lalu listrik dirumah saya tiba tiba padam, pekat tiba tiba, gelap, kelam, tak ada satupun yang mampu saya lihat bahkan untuk mencari senter saja yang tempatnya sudah saya hafal, saya harus terjatuh dua kali menabrak kursi dan kepentok meja
,  ah sungguh tiada daya dan upaya bola mata ini tanpa setitik cahaya yang ALLAH berikan :) mau marah rasanya, tapi marah sama siapa yah? PLN kan emang udah biasa byar pet :) dan bisa dipastikan sebagai manusia biasa, bibir mungil saya akan spontan mengeluh, dan nyerocos bak meteor ”gimana sih nih PLN, mati mulu padahal bayar gak pernah boleh telat :) ” dan jawaban PLN pasti “emang gue pikirin lo mau gelap keq, mau gak punya Ac, bodo” lepas tanggung jawab deh kalau sudah begini, ah gak mau ngomongin PLN nanti salah bicara bisa kena setrum loh De :)
Daripada marah marah ke PLN yang jelas jelas gak mau denger saya marah mending saya nikmati gelap ini, takutkah saya dengan kegelapan? saya bukan perempuan yang takut dalam kegelapan, saya kadang menikmati gelap ini, setidaknya ketika saya membuka jendela ada bulan yang tersenyum indah ke saya, ada bintang yang bertaburan di langit yang kelam, dan ini sekaligus menyadarkan saya betapa maha besar ALLAH yang telah menciptakan gelap, gelap ini membuat alam bercerita banyak tentang kebesaran ALLAH bukan? ada rembulan, ada suara angin, ada gemericik daun, ada bintang bertebaran, ada suara jangkring :) coba kalau ada listrik maka bisa dipastikan saya akan sibuk menikmati keindahan lelaki lelaki ganteng pemain sinetron di TV, coba kalo listrik ada saya akan sibuk menjelajah dunia maya, berselancar lewat layar mini netbook saya, coba kalau ada listrik telinga saya akan tersumbat dengan musik buatan manusia yang membuat patah hati saya semakin terasa :( maka mari mensyukuri matinya listrik !! ALLAH memang sangat luar biasa menciptakan gelap.
Dan ini pula salah satu alasan mengapa blog saya berbackground hitam, karena didalam hitam semua warna akan terlihat jelas, biru ya biru, merah ya merah, putih ya putih… gak akan jadi samar :) hitam itu JUJUR bukan?

Gelap adalah instrumen untuk mengukur kadar kebajikan, saya belajar dari kegelapan, bahwa suatu saat nanti ketika napas saya berhenti, saya akan berada didalam lipatan tanah yang sangat pekat, gelap dan sendiri, dan seberapa gelap dan terangnya alam saya nanti tergantung dari kebaikan, amal dan perbuatan saya selama ditempat yang terang ini.
Habis terang terbitlah gelap, bukan habis gelap terbitlah terang kaya PLN, teori yang terbalik :) dan kenyataannya malam ini terbit gelap.
Iya, kini terbayanglah betapa gelapnya liang lahat yang akan melipat jasad saya dialam kubur nanti, lalu apakah saya akan memiliki cukup cahaya ketika akan masuk ke dalam ruang gelap liang lahat sehingga alam barzakh itu akan tetap terang, nyaman, luas dan hangat karena kebajikan dan iman yang menjadi suluh/pelita bagi saya. Bukankah hati yang penuh iman akan selalu tergerak untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya sumber cahaya sebagai teman yang akan menemani saya terbaring kaku di perut bumi nanti sampai waktunya saya dibangkitkan. Hingga saya dapat menikmat komplek pekuburan, sampai-sampai insya ALLAH mampu merasakan betapa cepatnya kiamat terjadi saat saya masih menikmati indah, terang dan sejuknya alam kubur saya :)  bukankah kehidupan alam kubur yang seperti ini yang saya inginkan?
Ketika PLN mati saya sibuk menelphone PLN dan complain “kenapa gelap, kenapa gak dibetulian cepet cepet karena saya mulai kepanasan gak ada AC” ketika saya sampai di gelapnya alam kubur, kira kira bisa gak saya complaint kenapa disini gak ada AC, gak ada bohlam yang menggelantung menerangi alam kubur saya, gak ada internet disini :) kan gak bisa kan? yang harus saya lakukan bukan complaint [complaint apa yah bahasa Indonesianya kira kira? :) cari sendiri !! ] kembali ke persiapan bagaimana menerangi alam kubur saya kelak, yang pasti bukan seperti dibumi, ketika saya tidak nyaman maka saya akan sibuk mencari kesalahan si PLN. Bukan, bukan begini cara menerangi alam kubur, tapi seberapa mampu saya menerangi hidup banyak orang, menolong sesama, menjadi sandaran mereka yang tak mau hidup lagi, meminjamkan pundak untuk menampung airmata sahabat tapi ini konteks kemanusiaan, konteks keTUHANan pasti beda.
Kata guru mengaji saya manusia yang akan terang alam kuburnya adalah manusia yang menjadikan bumi ALLAH yang terhampar luas ini adalah masjid baginya, kantornya, kampusnya adalah musholah yang selalu mengingatkan kepada ALLAH, meja kerjanya, notebooknya adalah sumur ilmu untuk mengenal ALLAH, memfungsikan tatapan matanya, lidahnya menjadi mata dan  lidah yang penuh rahmat, melihat dan berkata kata dengan kasih sayang dan kelembutan, pikirannya husnuzhan, tarikan napasnya tasbih [subhanallah, walhamduillah, lailla ha illah] gerak hatinya adalah doa untuk memohon ampunan, bicaranya bernilai dakwah, diamnya dzikir, gerak tangannya sedekah, langkah kakinya hanya untuk ALLAH, sibuknya sibuk memperbaiki diri bukan sibuk mencari kesalahan orang lain :)
Gampang gak kira kira menabung kebaikan untuk menerangi alam kubur nanti, anggap saja sekarang kita hidup dalam kegelapan, ini susah itu susah dulu tak mengapa, gak bisa berbuat yang enak enak atau gak bisa gelap gelapan dengan si dia tak mengapa, karena yang enak dan gelap mopdel gini banyak dosanya bukan? :) tak mengapa disini gelap dulu, yang penting gak gelap di alam kubur, karena gelap disini kan gak abadi kan? tapi gelap di dalam lipatan tanah, akan lama sekali, lama sekali dalam gelap, saya sih gak mau kubur saya pekat, PLN mati aja udah sesak begini maka terbayang gak gelap di alam kubur :( nauzubillahimindhalik.

0 komentar:

Post a Comment