Alkisah, seorang anak yang mengalami cacat tubuh dari lahir.
Kondisi fisiknya sejak kecil hingga saat berusia 15 tahun ini sangatlah
lemah. Berjalan pun harus menggunakan penyangga tubuh bahkan kursi roda
selalu dipersiapkan di sekitarnya bila tubuhnya tidak lagi memiliki
kekuatan untuk melakukan aktivitas.
29 October 2014
Membuka Kesadaran
Alkisah, ada seorang murid baru yang diperintah oleh gurunya
untuk mengambil air di dekat sebuah sumur yang terletak di belakang
perguruan.
Si murid pun bergegas menuju ke belakang untuk melaksanakan tugas yang diperintahkan. Tanpa berpikir panjang atau mempelajari situasi di sekitar sana, pikiran dan langkah kakinya langsung tertuju pada sumur dan ember untuk menimba air.
Si murid pun bergegas menuju ke belakang untuk melaksanakan tugas yang diperintahkan. Tanpa berpikir panjang atau mempelajari situasi di sekitar sana, pikiran dan langkah kakinya langsung tertuju pada sumur dan ember untuk menimba air.
19 October 2014
Keahlian dan Kecintaan
Alkisah ada seorang pengusaha besar yang hendak membeli
sebutir berlian jenis tertentu, untuk menambah koleksinya. Kebetulan,
seorang pecinta dan penjual terkenal menemukan batu jenis itu dan
menghubungi sang pengusaha agar datang untuk melihat sendiri batu
berlian yang diminatinya itu.
Si pengusaha pun segera datang ke tempat yang dimaksud. Pihak penjual sudah menugaskan ahli berlian terbaik untuk memperlihatkan, menjelaskan secara rinci tentang nilai jual, terutama keindahan dan kehebatan berlian tersebut. Namun setelah mendengar penjelasan sangat rinci, sang pengusaha—anehnya—tidak menunjukkan minat dan malah membatalkan niat untuk membeli.
Si pengusaha pun segera datang ke tempat yang dimaksud. Pihak penjual sudah menugaskan ahli berlian terbaik untuk memperlihatkan, menjelaskan secara rinci tentang nilai jual, terutama keindahan dan kehebatan berlian tersebut. Namun setelah mendengar penjelasan sangat rinci, sang pengusaha—anehnya—tidak menunjukkan minat dan malah membatalkan niat untuk membeli.
16 October 2014
Pembelajaran Tentang Marah
Alkisah, seekor ular memasuki gudang tempat kerja tukang kayu di sore
hari. Kebiasaan si tukang kayu, membiarkan sebagian peralatan kerjanya
masih berserakan dan tidak merapikannya. Nah ketika ular itu berjalan
kesana kemari di dalam gudang, tanpa sengaja ia merayap di atas gergaji.
Tajamnya mata gergaji,
Kekuatan Berbagi
Alkisah, di suatu acara seminar
yang dihadiri oleh sekitar 50 peserta. Tiba-tiba sang pembicara
berhenti berkata-kata & mulai memberikan balon dengan warna yang
sama kepada masing-masing peserta. Mereka diminta untuk menulis dengan
spidol, nama masing2 peserta di balon tersebut. Kemudian, semua balon
dikumpulkan & dimasukkan ke dalam ruang sebelah.
Bencana Membawa Hikmah
Alkisah, dalam sebuah kesempatan, seorang pengrajin muda berniat
mengikuti sebuah ajang pameran. Demi membawa karyanya dari desa ke kota,
dia pun berangkat setelah menguras seluruh tabungannya, dengan harapan,
kerajinannya bisa terjual habis dan keuntungan dari penjualan itu bisa
dimanfaatkan untuk kemajuan hidupnya.
4 October 2014
Perdebatan yang Tiada Guna
Alkisah di suatu padepokan, ada seorang guru yang sangat
dihormati karena sikapnya tegas dan bijaksana. Suatu hari, dua orang
murid menghadap kepadanya. Mereka bertengkar hebat dan nyaris beradu
fisik. Keduanya berdebat tentang hitungan 3 x 7. Murid pandai mengatakan
hasilnya 21. Murid bodoh bersikukuh bahwa 3 x 7 hasilnya adalah 27.
Kata murid bodoh dengan sengit, "Guru. Muridmu mohon keadilan. Jika benar bahwa 3 x 7 = 27 maka kawanku ini harus dicambuk 6 kali oleh Guru. Tetapi kalau dia yang benar bahwa 3 x 7 = 21 maka muridmu ini bersedia untuk memenggal kepala sendiri!!" Murid yang bodoh ini sangat yakin dengan pendapatnya bahwa 3 x 7 adalah 27.
Kata murid bodoh dengan sengit, "Guru. Muridmu mohon keadilan. Jika benar bahwa 3 x 7 = 27 maka kawanku ini harus dicambuk 6 kali oleh Guru. Tetapi kalau dia yang benar bahwa 3 x 7 = 21 maka muridmu ini bersedia untuk memenggal kepala sendiri!!" Murid yang bodoh ini sangat yakin dengan pendapatnya bahwa 3 x 7 adalah 27.
Kisah Sebuah Batu Kusam
Alkisah, suatu hari seorang gadis menemukan sebongkah batu kusam
di pinggir jalan. Meski hanya batu biasa, si gadis memungutnya dan
menyimpannya baik-baik. Bahkan, setiap hari ia menggosok batu itu dengan
hati-hati. Batu yang bukan permata itu dan karena terus digosok dan
digosok, lama-kelamaan berubah menjadi mengkilat dan bersinar.
Si gadis pun membawa batu itu ke tukang permata untuk diolah menjadi sebuah liontin yang indah. Ajaibnya, di tangan ahlinya batu biasa itu berubah hingga menyerupai batu permata. Begitu berkilau dan sangat indah. Si gadis sungguh gembira melihat batu biasanya bisa berubah begitu rupa. Ia pun memamerkannya pada siapa pun yang dijumpainya. Sudah diduga, semua orang yang melihat mengira batu itu adalah permata yang mahal harganya. Si gadis semakin percaya diri dan selalu memakai liontinnya ke mana pun ia pergi.
Si gadis pun membawa batu itu ke tukang permata untuk diolah menjadi sebuah liontin yang indah. Ajaibnya, di tangan ahlinya batu biasa itu berubah hingga menyerupai batu permata. Begitu berkilau dan sangat indah. Si gadis sungguh gembira melihat batu biasanya bisa berubah begitu rupa. Ia pun memamerkannya pada siapa pun yang dijumpainya. Sudah diduga, semua orang yang melihat mengira batu itu adalah permata yang mahal harganya. Si gadis semakin percaya diri dan selalu memakai liontinnya ke mana pun ia pergi.
Mundur untuk Melompat Jauh
Suatu hari, seorang murid diajak berkeliling oleh gurunya. Di
sepanjang perjalanan, sang guru memberikan berbagai wejangan kehidupan
pada muridnya, yang mendengarkan dengan penuh perhatian. Rupanya, inilah
hari terakhir sang murid sebelum turun gunung dan mengamalkan berbagai
ilmu yang didapatnya.
Kemudian di tepi sebuah hutan, mereka menemukan sebuah sungai kecil yang tidak memiliki jembatan. Karena sungainya tidak terlalu lebar, sang guru dan murid tanpa kesulitan melompatinya sampai ke seberang. Hanya saja, karena langkah kaki dan ilmunya belum sehebat sang guru, si murid harus mengambil ancang-ancang dua langkah ke belakang.
Kemudian di tepi sebuah hutan, mereka menemukan sebuah sungai kecil yang tidak memiliki jembatan. Karena sungainya tidak terlalu lebar, sang guru dan murid tanpa kesulitan melompatinya sampai ke seberang. Hanya saja, karena langkah kaki dan ilmunya belum sehebat sang guru, si murid harus mengambil ancang-ancang dua langkah ke belakang.